Ini sekaligus menandai kali pertama bisnis smartphone Apple menciut, setelah lebih dari satu dekade beroperasi.
“Di luar pertumbuhan yang signifikan di beberapa negara seperti India, Indonesia, Korea, dan Vietnam, kami tak melihat ada aktivitas positif sepanjang 2018,” kata analis IDC, Ryan Reith.
“Secara global, pasar smartphone saat ini sedang kacau,” ucapnya seperti dilansir Mashable.
Apa sebabnya?
Lantas, apa yang menyebabkan kondisi industri smartphone lesu? Menurut IDC, masyarakat sepanjang 2018 cenderung menahan diri untuk membeli smartphone baru.
Hal ini tak lepas dari harga smartphone yang semakin mahal, misalnya saja Apple yang tak ragu mematok harga iPhone tembus 1.000 dollar AS (Rp 14 jutaan).
Faktor lainnya adalah situasi ekonomi yang tak tentu, terutama di China yang sedang bersitegang dengan Amerika Serikat. Kondisi di China sangat berpengaruh, mengingat populasinya paling tinggi.
Sebanyak 30 persen konsumsi smartphone di seluruh dunia berasal dari China. Sepanjang 2018, penjualan smartphone di Negeri Tirai Bambu itu turun 10 persen. Selain IDC, firma analis Canalys juga melaporkan kondisi industri smartphone yang mengkhawatirkan.
Canalys mencatat penurunan pasar smartphone 4,6 persen dari tahun ke tahun. “Orang-orang bertahan dengan smartphone lama mereka karena inovasi produk yang lambat,” kata analis Canalys, Ben Stanton.
Tantangan bagi vendor smartphone diprediksi bakal berlanjut hingga tahun ini. Untuk menggenjot penjualan, kata Ben Stanton, perusahaan smartphone harus muncul dengan produk yang menarik dari segi inovasi, desain, dan harga.
“Kemunculan smartphone 5G dan desain lipat akan membawa era baru bagi industri smartphone. Namun, kami harap perangkat-perangkat baru itu dijual terjangkau,” ucapnya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR