Praktik menggunakan informasi pribadi sebagai basis untuk membuat iklan personal bukanlah hal yang asing di media sosial saat ini.
Iklan personal tersebut menggunakan informasimu untuk memperlihatkan iklan yang sesuai dengan kesukaanmu, misalnya ketika kamu suka membaca artikel mengenai mobil, maka iklan yang tayang di browsermu akan berhubungan dengan mobil.
Riset terbaru menunjukkan mayoritas konsumen tidak suka data pribadinya digunakan semena-mena untuk menjadi basis pembuatan iklan personal seperti itu.
Pendapat tersebut didapatkan dari survei yang dilakukan oleh RSA, yang merupakan perusahaan terkemuka di bidang keamanan siber dan pencegahan penipuan online.
Menurut Forbes, RSA memperlihatkan 83 persen dari total 6000 orang dewasa di kawasan Amerika Serikat dan Eropa tidak ingin datanya digunakan untuk kepentingan perusahaan pembuat iklan.
Sedangkan, 76 persen dari orang yang mengikuti survei tersebut juga mengatakan penggunaan informasi pribadi untuk membuat berita atau newsfeed yang personal juga tidak bermoral.
Ya, praktik yang setiap saat digunakan oleh media sosial seperti Facebook, Twitter, dan beberapa media sosial lainnya tersebut dianggap tidak bermoral dan tidak beretika.
Hal itu dikarenakan media sosial dan perusahaan semacam itu mengambil dan menggunakan informasi pribadi penggunanya tanpa izin, dan disebarluaskan sebagai komoditi yang menghasilkan uang untuk mereka.
Menurut laporan tersebut pula, setidaknya ada kurang dari 48 persen konsumen yang merasa ada cara lebih beretika bagi perusahaan tersebut untuk menggunakan data yang dikumpulkannya di balik layar.
Bila melihat di 2018 silam dan tahun sebeleumnya, telah ada begitu banyak kasus dan pelanggaran informasi pribadi yang terjadi di media sosial raksasa seperti Facebook.
Ambil contoh kasus Cambridge Analytica yang mengambil jutaan data pribadi pengguna Facebook untuk kepentingan kampanye politik, atau ketika Facebook memberikan data ke lebih dari 100 perusahaan.
Menariknya, survei ini juga menunjukkan bahwa konsumen akan menyalahkan perusahaan pemilik media sosial ketika terjadi pembobolan oleh hacker, seperti yang terjadi pada Facebook, dengan bocornya data 50 juta akun di akhir 2018.
Source | : | Forbes |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR