Ia tidak menjelaskan secara detail faktor-faktor seperti apa yang dimaksud. Namun bisa dibayangkan kemungkinan-kemungkinan informasi pengguna yang digunakan untuk merangking daftar yang "diinginkan".
Informasi itu bisa saja tentang seberapa banyak pengguna yang pilihannya tidak bertepuk sebelah tangan - sama-sama menggunakan gestur swipe right - lalu seberapa banyak pula yang Anda swipe-left atau tolak.
Informasi tambahan lain seperti pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya bisa jadi dilibatkan untuk menentukan skor.
Jodoh yang sepadan Jonathan Badeen, VP Product Tinder, lantas mengilustrasikan cara Tinder mencocokan skor elo pengguna dengan pengguna lainnya. Ia mengibaratkan seperti bermain video game Warcraft.
"Kapanpun Anda bermain dengan orang yang memiliki skor lebih tinggi, Anda akan berakhir dengan skor tinggi, dibanding jika Anda bermain dengan orang yang memiliki skor rendah," jelasnya.
Sederhananya, jika skor Anda 8, pengguna yang akan melihat profil Anda tidaklah mungkin di bawah skor 8, maupun di atasnya.
"Itulah yang mendasari perjodohan pengguna dan merangking mereka dengan lebih cepat serta akurat, berdasarkan kepada siapa mereka dicocokan," imbuhnya.
Skor Elo bisa diubah dengan memodifikasi profil lebih baik, seperti memasang foto profil terbaik dan memuat informasi lebih banyak. Salah satu Tinderella - pengguna Tinder wanita - mengungkapkan di forum tanya jawab Quora bahwa menjadi terlalu pemilih di Tinder juga tidak baik untuk skor elo.
Akan tetapi, jika Anda sering swipe-right secara acak tanpa melihat-lihat, Tinder juga tidak akan menyodorkan calon pasangan lebih banyak.
Hasil Akhir di Tangan Pengguna
Di balik dapur algoritma Tinder dengan segala kerumitan skor elo yang disusun, pada akhirnya pengguna lah yang menentukan.
Seperti dikatakan sebelumnya, ada banyak faktor yang digunakan untuk memintal algoritma demi memudahkan pengguna menemukan calon pasangan yang cocok.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR