Terobosan mutakhir kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan memberikan peluang bisnis yang besar bagi semua industri.
Tentunya, ada dua tantangan implementasi AI di Indonesia yaitu sumber daya manusia ahli dan ketersediaan infrastruktur yang memadai.
"Dalam CTI IT Infrastructure Summit ini, kami ingin membantu para pelaku bisnis untuk dapat memiliki wawasan dan pemahaman yang baik terkait tools dan best practice AI agar implementasinya dapat berjalan dengan tepat sesuai dengan visi perusahaan," kata Direktur CTI Group Rachmat Gunawan.
Teknologi AI dapat mensimulasi kecerdasan manusia sehingga komputer atau mesin dapat memecahkan persoalan dan mengambil keputusan secara lebih cerdas dan manusiawi.
Sebenarnya, teknologi AI sudah banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui penggunaan Google Search maupun virtual assistant seperti Siri.
"Saat ini AI mulai digunakan untuk berbagai tujuan bisnis, antara lain meningkatkan layanan pelanggan (chatbot), deteksi fraud, cyber security (face recognition), dan pengelolaan lalu lintas," ujarnya.
Rachmat mengatakan teknologi AI memiliki peluang yang besar bagi semua industri dan pegadopsiannya makin luas, mulai dari deteksi fraud dan dokumen palsu di sektor keuangan, memberikan rekomendasi medis bagi pasien, efisiensi transportasi melalui self driving cars, hingga otomasi proses produksi di industri manufaktur.
"Teknologi ini tengah menjadi megatrend berkat kemunculan deep learning, salah satu turunan AI yang mampu mereplikasi cara kerja otak manusia," ucapnya.
Menurut lembaga penelitian McKinsey, penerapan AI secara tepat dapat mengurangi biaya operasional bisnis, meningkatkan pendapatan, dan mengoptimalkan penggunaan aset perusahaan melalui 4P: proyeksi masa depan, produksi barang dan jasa dengan lebih murah, promosi produk secara tepat dan peningkatan layanan terhadap pelanggan.
"AI berpotensi mentransformasi dan mengoptimalkan performa bisnis dalam pengelolaan jaringan, terutama dalam hal keamanan dan ketersediaan. Dengan meningkatnya penggunaan perangkat pribadi maupun profesional di lingkungan kerja, keamanan menjadi semakin penting yang lantas memberikan tekanan dan kompleksitas lebih kepada tim TI," jelas Robert Suryakusuma, Country Manager Aruba Indonesia.
Menurut lembaga riset IDC, adopsi AI oleh bisnis terus meningkat, di antaranya di Asia Tenggara yang naik dari 8 persen menjadi 14 persen. Di kawasan itu, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan 24,6 persen.
Pemicu adopsi itu adalah kemampuan AI dalam menemukan insight bisnis yang akurat (52 persen), meningkatkan proses otomatisasi (51 persen), dan produktivitas (42 persen).
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR