Canalys mencatat lima besar vendor smartphone di tanah air mendominasi 80 persen dari total pangsa pasar, dibanding 65 persen dari tahun lalu.
"Ekonomi berbasis aplikasi yang kian besar menegaskan pentingnya smartphone sehinga akan menarik investasi besar dari mulai vendor software atau perangkat, mendorong perusahaan lain untuk ikut bergabung," jelas Doshi.
Samsung masih memuncaki klasemen pabrikan smartphone terbesar dengan market share 25,4 persen dan pertumbuhan 21,5 persen secara YoY. Salah satu poin yang menarik adalah pertumbuhan pesat dari dua vendor smartphone asal China yakni Xiaomi dan Vivo.
Xiaomi, yang menempati urutan kedua, mengalami pertumbuhan pangsa pasar 20,5 persen dengan pertumbuhan YoY 139,4 persen.
Sementara Vivo yang masih berada di posisi keempat, meraih market share 15,9 persen dengan pertumbuhan 132 persen YoY.
Di tengah-tengah kedua vendor terselip Oppo di posisi ketiga dengan pangsa pasar 19,5 persen dan pertumbuhan YoY sebesar 0,8 persen.
Oppo tampak tertekan oleh Xiaomi di Indonesia dan mengalami pertumbuhan yang lamban dari kuartal ke kuartal sejak Q3 2017. Realme yang menjadi sub-brand Oppo tidak dimasukkan dalam total penjualan Oppo.
Canalys memberikan catatan merah bagaimana produk lokal susah payah bersaing dengan pabrikan asing.
Satu-satunya pabrikan Indonesia yang masuk jajaran 5 besar adalah Advan dengan market share 4,1 persen. Tapi pemain lokal ini kian tersingkir dengan pengapalan yang turun sebesar 25 persen.
"Saat pasar tumbuh, vendor lokal dan vendor kecil tertatih-tatih ketika mereka mencoba menaikan ongkos marketing serta riset dan pengembangan (R&D), sementara harga pasar makin kompetitif," jelas Doshi dalam laporan Canalys.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR