Kurang lebih dua puluh dua tahun lalu, kamera ponsel pertama ditemukan. Penemunya yaitu seorang pria bernama Philippe Khan.
Ide itu muncul berawal dari keinginan memotret anaknya yang baru lahir dan membagikan gambar tersebut.
Ia pun ‘menyambungkan’ ponsel, kamera digital, beserta laptopnya. Voila, jadilah kamera ponsel yang mampu memotret anaknya. Kemudian foto tersebut ia share melalui instant messaging ke para kerabat.
Dalam bentuk komersial, kamera ponsel di smartphone baru muncul di tahun 2000. Sejak itu, produsen smartphone membuat fitur smartphone yang canggih, lengkap dengan inovasi kameranya.
Brand smartphone pun berlomba-lomba meningkatkan fitur dan kualitas kameranya seperti dilansir gizmodo.com.
Kemajuan itu, contohnya, terpampang dari segi ukuran megapiksel, sensor pengaturan cahaya yang lebih besar, dan aperture yang lebih besar juga sebagai pengontrol cahaya ke sensor kamera.
Karena itu, kualitas gambar pun semakin jernih. Melihat penemuan Khan, kamera ponsel dibuat agar mampu menangkap momen seperti kamera biasa. Seperti Khan yang ingin menyimpan memori dari foto anaknya yang baru lahir.
Nah, kelebihannya, kamera smartphone yang terkini jadinya tak hanya praktis, tetapi juga canggih, membuat orang dengan mudah memotret objek yang diinginkan.
Kenapa sampai lebih dari satu?
Kemudian, mengapa banyak kamera smartphone terkini yang berjumlah lebih dari satu?
Ada saja yang bilang agar kualitas dari hasil bidikan lensa kamera hasilnya bisa seperti kamera DSLR.
Padahal, DSLR pun hanya memiliki satu lensa. Namun, ada benarnya juga kalau kemampuan lensa tambahan di smartphone mendukung hasil gambar yang lebih baik karena luas penempatan teknologi-teknologinya berbeda dari kamera biasa.
Jadi, sistem kerjanya adalah ada kamera utama yang paling banyak bekerja karena memiliki aperture dan ukuran sensor yang lebih besar.
Sementara, kamera tambahan lainnya meningkatkan nilai-nilai lain untuk performa fotografi. Ada beberapa nilai tambah dari fitur smartphone yang memiliki lebih dari satu kamera.
Pertama, mendukung efek bokeh. Efek ini paling populer dihasilkan dari dukungan kamera kedua, bahkan ketiga dalam fotografi ponsel saat memotret di mode potrait.
Istilahnya, kamera mampu memiliki sensor kedalaman (depth sendor) yang mendukung sehingga membuat objek utama ada di fokus yang tajam dengan background yang blur.
Kemudian, ada juga optical zoom yang mampu kamera ponsel mampu menangkap gambar objek yang lebih dekat tanpa mengurangi kualitas gambar.
Selain itu, kecanggihan kamera-kamera pendukung tersebut bisa juga menyajikan perspektif yang lebih lebar.
Angle lensa yang lebih lebar menyempurnakan potret landscape dan pemandangan alam. Jadi, di smartphone biasanya seseorang bisa mengubah normal view menjadi wider view.
Inovasi pop-up sampai triple camera
Kini, ada juga inovasi smartphone yang mengusung kamera depan model pop-up. Jadi, layar penuh atau istilahnya ultimate all screen tidak memiliki space untuk kamera depan.
Kamera tersebut tersembunyi, dan saat hendak berfoto dapat diulurkan keluar. Ada 32MP Pop-Up Camera yang bisa menghasilkan foto yang lebih baik. Misalnya, potret selfie jadi semakin jernih.
Salah satu smartphone yang menghadirkan fitur ini adalah Vivo V15. Ada Selain kamera utama dan beberapa kamera pendukung, kemampuan dari fitur Artificial Intelligence (AI) juga membantu menghasilkan foto yang lebih jelas.
Pada Vivo V15, misalnya, hadir kamera utama di belakang dengan 24 juta unit foto sensitive yang peka cahaya walau dipencahayaan minim.
Kamera kedua 8MP memiliki AI Super Wide-Angle yang dapat menangkap objek lebih banyak dan penuh dalam bidikan lanskap.
Tambahan lagi, kamera ketiga 5MP Depth Camera yang akan mendukung efek bokeh. Teknologi AI ditambah fitur-fitur tersebut membuat pengalaman fotografi ponsel semakin memuaskan.
Jadi, banyaknya kamera pendukung di smartphone ditambah teknologi AI mampu tingkatkan kualitas foto di smartphone. Sekarang, tinggal Anda yang perlu mencoba kecanggihan tersebut untuk tangkap momen favorit.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR