Laporan pemantauan keamanan internet Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN) mencatat ada 232.447.974 serangan siber ke Indonesia sepanjang 2018.
Dari 232,45 juta serangan ini, nyaris setengahnya atau sekitar 122.435.215 merupakan serangan malware.
"Jadi kalau dirata-rata dengan penduduk Indonesia 250 juta, setidaknya seorang penduduk Indonesia pernah mengalami serangan siber sekali dalam setahun," kata Anton Setiawan (Direktorat Proteksi Ekonomi Digital BSSN) dalam konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Anton mengatakan angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 200 juta serangan. Peningkatan serangan siber ini disebakan sebagai akibat dari semakin canggihnya serangan yang dikembangkan oleh aktor kriminal siber.
"Siber kriminal banyak mengembangkan teknik baru sehingga mereka punya kemampuan kaya state actor (siberkriminal yg didukung negara). Mereka mengembangkan tool sangat hebat sehingga kita jadi ngga jelas mana yang (peretas) profesional dan state actor," ucapnya.
Sekitar 60 hingga 70 persen sektor publik menjadi sasaran serangan siber. Sementara di Indonesia, situs pemerintah dengan domain .go.id menjadi sasaran empuk serangan dan port 123 sebagai port yang paling sering diserang.
Anton mengatakan jika Indonesia merupakan salah satu negara target srangan siber terbanyak di dunia sekaligus sebagai sumber serangan terbanyak.
BSSN mencatat data serangan siber ini juga mencakup 2.885 serangan dari laporan publik dan 1.872 peretasan dari celah keamanan.
Selain itu, BSSN juga mencatat ada 16.939 insiden situs. Sedangkan sisanya merupakan angka serangan lain yang tidak dijelaskan lebih rinci oleh BSSN.
"Dan ini (jumlah serangan siber) akan terus berkelanjutan dan makin parah," ucapnya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR