Saat ini para vendor smartphone masih menggunakan cara konvensional untuk mengisi daya ponsel yaitu menghubungkan kabel charge ponsel ke colokan listrik.
Padahal, saat ini ada teknologi yang jauh lebih modern yaitu pengisian daya secara nirkabel
Ponsel yang pertama kali mengawali pengisian daya nirkabel adalah Lumia 920 pada 2012 dan Samsung pada perangkat Galaxy S4.
Barulah, Apple mengadopsi teknologi pengisian daya nirkabel untuk iPhone 8 dan iPhone X pada 2017.
Pengisian daya nirkabel dapat terjadi karena daya ponsel dikirim melalui medan magnet yang muncul dari koil tembaga ketika ponsel dan stasiun pengisian daya didekatkan satu sama lain.
Tenaga listrik terhantar lewat induksi antara koil pada perangkat dan stasiun pengisian daya saling terhubung. Stasiun pengisian daya inilah yang terhubung langsung ke kontak listrik.
Koil stasiun pengisi daya mengubah listrik arus AC menjadi medan magnet. Lantas, koil pada perangkat yang ditempelkan akan mengubah medan magnet itu kembali menjadi listrik arus DC, seperti dilansir Business Today.
Di masa depan, listrik kemungkinan bisa dihantarkan ke baterai melalui frekuensi radio, sinar inframerah, hingga ultrasound (USG).
Teknologi pengisian daya nirkabel juga tidak hanya terbatas pada ponsel, melainkan juga perangkat-perangkat Internet of Things (pengaplikasian internet pada objek sehari-hari), bahkan kendaraan-kendaraan elektrik.
David Green (Manajer riset IHS Markit) mengatakan ada tiga jenis pengisian daya nirkabel yaitu bantalan pengisi daya yang menggunakan komponen pengantar elektromagnetik.
Kemudian ada yang menggunakan resonansi elektromagnetik, seperti yang diterapkan pada stasiun pengisian dengan model mangkuk.
Terakhir, adalah pengisian energi menggunakan gelombang radio, yang dapat menjangkau jarak yang lebih jauh.
Umumnya, ponsel pintar mengadopsi standar Qi untuk perangkat-perangkat yang memiliki kemampuan pengisian daya nirkabel.
Sementara itu, pengisian daya nirkabel menggunakan frekuensi radio untuk mengisi ulang perangkat dalam cakupan jarak sekitar 4 meter.
Ossia, adalah salah satu perusahaan yang menggunakan panel langit-langit untuk menyalurkan frekuensi radio yang dapat mengirim daya tanpa kabel, bernama Cota.
Seberapa Aman?
Kemudian, apakah teknologi isi ulang nirkabel ini aman digunakan untuk ponsel pintar?
Venkat Srinivasan (Direktur Argonne Collaborative Center for Energy Storage Science) mengatakan saat ini komponen elektrik di baterai telah memiliki teknologi yang mencegah overcharging tetapi membiarkan perangkat terpasang dengan sumber listrik dalam kondisi penuh, dapat memperpendek umur perangkat.
"Semakin tinggi persenan baterai perangkatmu, seperti 80 persen, 90 persen, sampai 100 persen, menandakan semakin pendek umur baterai tersebut," katanya seperti dikutip Computer World.
Hal ini disebabkan ketika melakukan pengisian daya, gel elektrolit yang memindahkan ion positif dan negatif yang menjadi sumber listrik, akan rusak seiring waktu.
Srinivasan menganjurkan perangkat baru mulai diisi ulang lagi ketika baterai telah mencapai sekitar 50 hingga 45 persen, dan tidak dibiarkan ketika kapasitas penuh, karena hal tersebut akan memperpendek umur baterai.
Source | : | Business Today |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR