Fakta bahwa makin menumpuknya sampah, terutama sampah plastik tak dapat dimungkiri. Hal inilah yang kemudian mendorong Gringgo berkolaborasi dengan Datanest untuk mengelola sampah, baik dengan cara mendaur ulang, mengurangi sampah plastik di laut, sampai pengelolaan sampah melalui komunitas.
Menariknya, Gringgo dan Datanest menggunakan AI (artificial intellegence) untuk mengelola sampah. Hal tersebut disampaikan oleh Google saat acara I/O berlangsung, 7 sampai 9 Mei 2019 di Mountain View, California, Amerika Serikat.
Sebanyak 20 organisasi akan menerima US$25 juta dalam bentuk hibah dari Google.org, kredit, dan konsultasi dari Google Cloud, bimbingan dari para ahli AI Google, dan kesempatan untuk bergabung dengan program akselerator khusus dari Google Developers Launchpad.
Proyek-proyek yang dipilih menangani masalah-masalah di bidang kesehatan, peluang ekonomi dan pemberdayaan, perlindungan dan konservasi lingkungan, pendidikan, informasi yang keliru dan krisis serta respons darurat. Tercatat lebih dari 2.600 organisasi yang mendaftar.
Adapun Gringgo menjadi salah satu penerima dana hibah dari Google AI Impact Challenge yang berasal dari Indonesia.
Menurut Yayasan Gringgo Indonesia, jutaan ton plastik dibuang ke lautan setiap tahunnya. Gringgo menciptakan alat pengenalan gambar untuk menghubungkan pemulung independen, pejabat pemerintah, LSM, dan perusahaan swasta untuk mengelola pengumpulan limbah sistemik dengan lebih baik. Ini juga akan meningkatkan tingkat daur ulang untuk plastik dan bahan lainnya.
Minggu depan, penerima hibah akan berkumpul di San Francisco untuk memulai Google AI Impact Challenge Accelerator, termasuk perwakilan dari Gringgo dan Datanest. Program tersebut akan berlangsung selama enam bulan yang dijalankan oleh Google Developers Launchpad.
“Merupakan suatu kehormatan menjadi salah satu penerima Google AI Impact Challenge. Kami sangat bersemangat untuk melihat bagaimana kami dapat melangkah lebih jauh dan memberikan dampak lebih besar melalui kolaborasi kami dengan Google dan Datanest. Dan sebagai satu-satunya penerima hibah yang berasal dari Asia Tenggara, kami akan membuat
dampak positif untuk kawasan ini dan Indonesia," tukas Febriadi Pratama (Ketua Yayasan Gringgo Indonesia).
KOMENTAR