Kementerian Pertahanan Jepang akan membuat sebuah senjata siber berbentuk malware yang bertugas untuk pertahanan diri Jepang. Malware yang berisi virus dan backdoor itu akan menjadi senjata siber pertama milik Jepang.
Sebelumnya, Jepang telah mengontrak Fujitsu untuk membuat malware "search and destroy" pada 2012. Namun kabarnya senjata siber tersebut tak berhasil memenuhi hasil yang diinginkan oleh pemerintah Jepang.
Kementerian Pertahanan Jepang meminta kontraktor militer untuk membuat malware tersebut yang rencananya akan selesai pada akhir tahun fiskal ini seperti dikutip ZDnet.
Tentunya, Kementerian Pertahanan Jepang belum mengungkapkan secara resmi mengenai kemampuan malware itu dan bagaimana pemerintah Jepang akan menggunakannya. Namun, dari informasi yang beredar, malware itu hanya akan beraksi saat Jepang sedang menerima serangan siber dan dapat menyerang si pelaku penyerangan tersebut.
Saat ini militer Jepang sedang berkembang dan memodernisasi diri supaya tak ketinggalan zaman termasuk meningkatkan kemampuan sibernya. Selain itu, Jepang juga perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi militer Tiongkok yang terus berkembang dan mengancam.
NATO sendiri menganggap ranah siber sebagai medan perang resmi sejak Juni 2016 lalu, bersama udara, daratan, dan laut.
Jepang pun adalah satu dari beberapa negara yang sudah mengaku mengembangkan senjata siber, selain AS, Inggris, dan Jerman. Ada juga negara seperti Israel, Tiongkok, Rusia, Korea Utara, dan Iran yang mengembangkan dan menggunakan senjata siber.
Source | : | ZDNet |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR