Selama bertahun-tahun, Huawei terus berupaya menyalip Samsung sebagai produsen smartphone terbesar di dunia. Namun upaya itu harus kembali kandas tahun ini.
Berbicara dalam ajang CES Asia, Chief Strategy Officer Consumer Business Group Huawei, Shao Yang, mengatakan Huawei butuh waktu lebih lama untuk mengambil alih posisi Samsung.
Hal tersebut dikarenakan perkembangan politik yang semakin memanas akhir-akhir ini. Kendati demikian, Shao mengatakan Huawei sejatinya sudah berada di jalur yang tepat.
Ia optimis Huawei bisa memenuhi targetnya pada kuartal keempat (Q4) atau sekitar akhir tahun 2019 mendatang.
"Kami bisa menjadi (produsen smartphone) yang paling besar pada Q4 tahun ini. Tapi sekarang kami merasa hal ini butuh waktu lebih lama," kata Shao Yang seperti dikutip Phone Arena.
Belum jelas seperti apa target dan strategi perusahaan saat ini, tetapi Shao mengumbar Huawei berhasil menjual sebanyak 500.000 hingga 600.000 unit smartphone secara global setiap harinya.
Jika perusahaan bisa mempertahankan angka penjualan ini, maka Huawei diperkirakan dapat mengirim 101 juta hingga 121 juta unit smartphone hingga akhir tahun 2019.
Tetapi angka tersebut tidak akan mudah diperoleh Huawei, mengingat kemungkinan ponsel berikutnya tak lagi menggunakan sistem operasi Android.
Huawei saat ini memang mendapat tekanan besar dari Amerika Serikat. Pemerintah AS memasukkan nama Huawei ke dalam "entity list" di mana Huawei dilarang membeli komponen dalam bentuk hardware dan software dari perusahaan asal AS tanpa seizin pemerintah.
Karena kebijakan inilah Huawei berpotensi kehilangan lisensi Android dari Google. Bahkan beberapa waktu lalu, sejumlah aplikasi dari Facebook pun dipastikan tidak akan hadir secara bawaan pada ponsel Huawei.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR