Amerika Serikat (AS) melalui Komando Siber AS melancarkan serangan siber ke sistem komputer militer Iran yang mengatur peluncuran rudal pada pekan ini.
Serangan siber itu langsung diperintah oleh Presiden AS Donald Trump sebagai balasan setelah Iran menembak drone pengintai milik AS yang dianggap melanggar wilayah udara Iran.
Serangan siber itu juga sebagai peringatan atas tindakan sembrono Iran yang menyerang dua kapal tanker minyak di Teluk Oman seperti dikutip The Washington Post.
Serangan siber itu sukses melumpuhkan sistem pertahan udara Iran termasuk sistem radar, baterai rudal dan jaringan siber lainnya yang dikendalikan oleh Korps Garda Revolusi (IRGC) Iran.
Beruntungnya, serangan itu tidak melibatkan sipil atau korban jiwa lain.
"Kami mampu menenggelamkan setiap kapal IRGC di selat dalam waktu 24 jam jika perlu," kata Thomas Bossert (Mantan Senior Bidang Siber Gedung Putih) kepada Washington Post.
Sementara, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif akan membawa masalah ini ke PPB. Dirinya bakal mengklaim kalau drone AS memang masuk ke wilayah udara Iran.
"Kami akan membawa agresi baru ini ke PBB dan menunjukkan bahwa AS berbohong tentang dronenya yang terbang di wilayah udara internasional," ujar Zarif di Twitter.
Serang Instalansi Listrik Rusia
United States Cyber Command diklaim telah melancarkan sejumlah serangan siber terhadap infrastruktur listrik milik Rusia selama beberapa bulan ke belakang.
Rusia mengetahui serangan siber itu berasal dari AS karena ada baris-baris kode komputer AS di berbagai instalasi listrik Rusia dan sejumlah target lain.
Seorang sumber yang tak disebut namanya mengungkapkan AS bisa lebih agresif melancarkan serangan siber dalam beberapa hari ke depan. Tentunya itu bisa memicu perang siber antar kedua negara tersebut.
Source | : | The Washington Post,Engadget |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR