Pemerintah AS akhirnya mencabut embargo yang melarang Huawei membeli perangkat dari perusahaan AS. “Perusahaan AS dapat menjual perangkatnya ke Huawei, selama perangkat tersebut tidak mengancam keamanan negara” ungkap Presiden AS, Donald Trump. Trump mengungkapkan hal tersebut setelah bertemu Presiden China, Xi Jinping, di sela-sela pertemuan G20 di Tokyo, Jepang.
Akan tetapi, Trump tidak mengungkapkan detail dari keputusan ini. Secara teknis, Huawei masih masuk ke dalam daftar “entity list” yang mengharuskan perusahaan AS melaporkan setiap transaksi yang terjadi. “Saya tidak akan mengungkapkan hal itu saat ini, karena akan proses khusus soal ini” ungkap Trump.
Keputusan Trump ini sepertinya buah dari desakan perusahaan AS akan embargo yang kontroversial itu. Perusahaan AS seperti Intel Xilinx secara gigih melobi pemerintahan Trump untuk mencabut embargo ini.
Pasalnya, Huawei adalah konsumen kelas “kakap” bagi banyak perusahaan AS. Data menunjukkan, tahun lalu Huawei membeli produk dari perusahaan AS sebesar US$11 miliar (atau sekitar Rp.154 triliun). Kehilangan konsumen sebesar itu tentu saja membuat perusahaan AS kelimpungan.
Presiden Trump pun akhirnya seperti menyadari hal itu. “Hanya sedikit perusahaan yang bisa melakukan itu [seperti yang Huawei lakukan]” ungkap Trump. “Hal ini [melarang bisnis dengan Huawei] membuat perusahaan AS sangat kecewa” tambah Trump.
BACA JUGA: Ketika FedEx pun Memprotes Embargo Huawei
Apapun alasannya, keputusan ini tentu saja membuat Huawei lega. Maklum, selama sebulan terakhir, banyak mitra penting Huawei yang memutuskan hubungan bisnis dengan Huawei karena takut dengan konsekuensi hukum akibat embargo. Contohnya Google, Microsoft, Intel, Qualcomm, dan ARM. Tanpa dukungan perusahaan AS, Huawei praktis sulit bersaing.
Melunaknya sikap Pemerintah AS ini juga menunjukkan, Huawei sudah menjadi pemain penting di ranah teknologi dunia. Huawei adalah perusahaan nomor satu dunia di pasar perangkat jaringan dan nomor dua di smartphone. Boleh dibilang, Huawei sudah menjadi perusahaan yang “too big too fail”.
Pertanyaan besar berikutnya adalah apakah keputusan Pemerintah AS ini akan mengembalikan kondisi ke normal. Setelah terkena embargo, Huawei langsung mencoba mandiri, seperti membuat sistem operasi Hongmeng. Huawei juga semakin serius mengembangkan prosesor mereka, HiSilicon, untuk mengurangi ketergantungan dengan perusahaan AS.
Menarik untuk melihat, apakah Huawei masih meneruskan keinginan untuk mandiri tersebut agar tidak terkena masalah serupa di masa depan. Jika itu terjadi, perusahaan AS akan kehilangan klien besarnya; meski tidak ada lagi embargo.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR