“Terutama di dunia industri, tidak cukup sekedar mengembangkan algoritma/model AI, para praktisi AI juga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengimplementasi dan menyebarkan model AI tersebut untuk kebutuhan bisnis berskala besar,” jelas Ibrahim.
Selain kedua hal tersebut, tantangan lain dari implementasi AI yakni masih langkanya SDM (Sumber Daya Manusia) yang menguasai teknologi ini.
“Di Indonesia, talenta-talenta di bidang AI masih tergolong terbatas. Inilah yang menyebabkan terjadinya talent war, yaitu di mana supply talent jauh lebih sedikit dibandingkan demand,” ujar pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Baca Juga: Mengapa Perusahaan-perusahaan di Indonesia Harus Adopsi Solusi AI?
Berdasarkan penjelasan Ibrahim, untuk menjadi praktisi AI dibutuhkan 3 keahlian utama:
Terkait dengan SDM, Ibrahim juga mengatakan bahwa kemampuan pendidikan di Indonesia masih terbatas dalam memenuhi kebutuhan talenta di bidang teknologi ini.
“Oleh karena itu, dibutuhkan pula sinergi yang kuat antara institusi pendidikan dan industri untuk mereplikasi talenta-talenta AI yang lebih banyak lagi,” cetusnya.
Nah, sebagai satu upaya untuk meningkatkan jumlah talenta AI di Tanah Air, beberapa lalu Bukalapak telah menjalin kerja sama dengan salah satu perguruan tinggi terkemuka yaitu ITB.
“Kerjasama kami dengan ITB adalah upaya kami dalam berkolaborasi dengan institusi pendidikan di Indonesia dalam mengakselerasi pengembangan dan inovasi teknologi AI serta mendukung lahirnya talenta-talenta terbaik Indonesia yang memiliki potensi besar dalam berkontribusi terhadap pengembangan AI,” jelas Ibrahim.
(Simak informasi menarik seputar perkembangan dan masa depan teknologi AI di majalah InfoKomputer edisi Agustus 2019)
Baca Juga: Teknologi AI dan Big Data Terbukti Tingkatkan Efisiensi Bank BNI
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR