Aplikasi kencan populer Tinder melaporkan saat ini memiliki 5,2 juta pelanggan berbayar dengan tambahan 503 ribu pelanggar berbayar baru pada kuartal kedua 2019.
Hal itu berarti hampir 10 persen pengguna Tinder rela membayar untuk menjadi pengguna premium guna mendapatkan jodoh.
Penambahan jumlah pengguna berbayar membuat saham perusahaan induk Tinder, Match Group meroket ke rekor tertinggi.
Saham Tinder melonjak sebanyak 29 persen dalam perdagangan intraday sebelum mengakhiri berakhir dengan angka 24 persen, menjadi USD 91,77 per saham.
Angka ini melebihi perkiraan para analis yang memperkirakan Tinder hanya bisa menggaet 392 ribu pengguna pada kuartal kedua 2019 seperti dikutip New York Post.
Pertumbuhan Tinder mendorong pendapatan untuk semua aplikasi kencan miliki Match Group seperti Hinge, Match, OkCupid dan ke angka USD498 juta atau sekitar Rp7 triliun.
Angka itu melampaui ekspektasi analis sebesar USD489 juta atau sekitar Rp6,9 triliun.
Ketua Eksekutif Match Mandy Ginsberg menyebut unduh aplikasi Tinder di Jepang, meningkat 60 persen dan 40 persen proses pencarian jodoh orang Amerika dimulai secara online.
"Tinder siap untuk tumbuh lebih karena popularitas kencan online meningkat. Kami sangat yakin tren ini siap untuk menyapu pasar Asia dan Timur Tengah juga," ujar Ginsberg.
Selain itu, saat ini ada 600 juta orang jomblo di dunia apabila dibandingkan dengan pelanggan berbayar Tinder dengan angka 5,2 juta.
"Pasar internasional terus mendorong pertumbuhan tetapi merek non-Tinder turun tiga pada kuartal tersebut dan Match akan membutuhkan merek lain untuk berkontribusi agar dapat mempertahankan pertumbuhan beberapa tahun, kata Analis Brent Hill.
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR