Kemarin, Asia IoT Business Platform (AIBP) ke-32 baru saja resmi dibuka di Jakarta. AIBP adalah program bisnis yang dibuat oleh industri dan ditujukan untuk industri. AIBP bertujuan untuk membantu industri menangani berbagai isu kunci dalam mengadopsi IoT (internet of things). Pada acara dengan keynote awal oleh Dr. Ismail MT (Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia) ini, pemerintah melaluinya meminta industri untuk tidak lagi sekadar berkutat pada koneksi melainkan mulai berfokus pada ekosistem. Pasalnya, ekosistem yang diyakini akan lebih menawarkan efisiensi maupun sumber pemasukan baru.
"Seperti yang disebutkan Felix (Felix Fernando, Project Manager Asia IoT Business Platform - red) bahwa ada tiga, setidaknya ada tiga isu besar pada IoT, satu sensor, kedua konektivitas, sisanya adalah ekosistem, saya menyebutnya ekosistem; ada aplikasi, teknologi, dan semuanya menjadi satu. Tapi untuk konektivitas ini adalah porsi yang tidak besar di dalam IoT. Jadi kalau kita berharap pendapatan IoT dari pendapatan konektivitas, saya rasa tidak bisa besar kita dapatkan di sana, justru ada di ekosistem," ujar Dr. Ismail MT. "Jadi hanya tinggal sedikit area yang belum tersentuh konektivitas, sehingga kalau kita bicara isu konektivitas untuk IoT tidak relevan kalau kita bicarakan di Indonesia sekarang, justru yang kita tunggu adalah, Bapak Ibu sekalian, adalah kehadiran solusi pada ekosistem," jelas Dr. Ismail MT lagi.
Menurut AIBP sendiri, berdasarkan survei yang dilakukannya, jumlah perusahaan di Indonesia yang telah mengimplementasikan solusi IoT pada tahun 2018 adalah sebesar 27%. Persentase responden tersebut meningkat jauh dibandingkan tahun 2016 yang hanya sebesar 10%. Persentase responden yang mencari fakta maupun mengeksplorasi solusi IoT pun mengalami penurunan pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 dan 2016. Dengan kata lain, setidaknya menurut survei yang dilakukan, para perusahaan di Indonesia mulai bergeser dari mencari fakta atau mengeksplorasi solusi IoT ke mengimplementasi solusi IoT.
Indosat Ooredoo dan Telkom sebagai operator komunikasi di Indonesia juga mulai berfokus pada ekosistem dan menawarkan berbagai solusi IoT. Indosat Ooredoo misalnya menawarkan NEXTfleet yang merupakan manajemen armada dan telah digunakan oleh beberapa perusahaan. Tidak sekadar memonitor pergerakan kendaraan-kendaraan yang dimiliki, NEXTfleet juga bisa memonitor berbagai parameter lain dari kendaraan tesebut melalui ragam sensor yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya sensor untuk bahan bakar. Dengan sensor ini bila seseorang membuka tutup tanki bahan bakar pada kendaraan maupun mengisi sejumlah bahan bakar, informasinya akan dikirimkan. Jadi, perusahaan akan mengetahui bila pengemudi mencuri bahan bakar dari kendaraan tersebut. NEXTfleet sendiri ditawarkan Indosat Ooredoo dengan model "as a service" alias berlangganan. Biaya bulanannya tentu sesuai dengan opsi sensor yang dipilih. Biaya bulanan itu pun sudah mencakup biaya koneksi.
Indosat Ooredoo juga menunjukkan solusi IoT-nya untuk pabrik. Solusi yang masih berupa demo ini nantinya memungkinkan perusahaan untuk memonitor berbagai proses dan mesin yang berjalan di pabrik. Dengan berbagai informasi yang diperoleh, seperti NEXTfleet yang membnatu perusahaan meningkatkan efektivitas dari armadanya, solusi IoT Indosat Ooredoo untuk pabrik tersebut akan membantu perusahaan untuk meningkatkan OEE (Overall Equipment Effectiveness).
Sementara, Telkom antara lain menawarkan KWH meter pintar. Dengan KWH meter pintar, banyaknya penggunaan listrik pada bulan bersangkutan bisa diketahui tanpa petugas perlu datang ke lokasi KWH meter itu dan melihat langsung angkanya. Pasalnya, KWH meter tersebut akan mengirimkan informasi yang dimaksud.
Tentunya tidak hanya Indosat Ooredoo dan Telkom yang menampilkan aneka solusi IoT-nya pada AIBP ke-32. Pada acara yang berlansung sampai tanggal 29 Agustus 2019 ini, beragam solusi IoT dari berbagai perusahaan lain turut dipamerkan.
KOMENTAR