Saat ini perusahaan-perusahaan harus mengadopsi solusi dan sistem keamanan yang canggih, mengingat ancaman keamanan siber yang selalu mengintai dan dampaknya bisa menimbulkan kerugian yang besar.
Sayangnya, banyak perusahaan yang enggan mengadopsi solusi keamanan karena harganya yang mahal. Apalagi, small medium business (SMB) dan startup yang baru merintis usahannya.
Andri Hutama Putra (Presiden Direktur PT ITSEC Asia) mengatakan ITSEC ASIA akan melakukan pemetaan kebutuhan dan permasalahan SMB sebelum mengadopsi solusi keamanan sehingga ditemukan formula solusi keamanan yang tepat.
"Kami tidak memiliki paket harga solusi keamanan karena setiap SMB memiliki kebutuhan dan ancaman keamanan yang berbeda-beda," katanya.
Karena itu, ITSEC ASIA akan meluncurkan sebuah tool keamanan IT untuk pasar SMB di Indonesia dengan harga yang terjangkau.
"Kemungkinan tool ini sudah bisa hadir tahun depan," ujarnya.
Andri mengatakan tantangan keamanan terbesar di Indonesia adalah kesadaran manusia tentang pentingnya keamanan itu sendiri. Berbeda dengan software yang bisa selalu diupdate setiap saat.
"Tantangan utama tetap manusiannya. Misal, seberapa sering seorang direktur itu mengganti passwordnya secara berkala," ujarnya.
Ancaman Keamanan
Selain itu, ancamanan keamanan deep fake, serangan keamanan siber berbasis IoT dan serangan siber ke infrastruktur penting akan menjadi tren di masa depan.
Sementara itu, ITSEC ASIA, perusahaan cybersecurity terdepan di Asia-Pacific menyelenggarakan InfoSec Summit Indonesia di Ayana Mid Plaza Hotel, Jakarta. InfoSec Summit adalah acara khusus untuk pembuat kebijakan cybersecurity, inisiator, profesional, inovator, penyedia layanan dan dan konsumen sebagai pengguna akhir.
“Saya sangat meyakini bahwa cybersecurity akan menjadi bagian integral dalam setiap organisasi, tak peduli bagaimanapun ukurannya,” ujar Patrick Dannacher, CEO of Stonetreegroup.
Serangan siber kini telah berevolusi menjadi sangat marak dan canggih, oleh karena itu acara konferensi ini membahas masalah yang dihadapi institusi dan korporasi dalam lanskap keamanan TI saat ini:
Dengan munculnya teknologi generasi berikutnya seperti pembelajaran mesin (machine learning), penjahat siber menciptakan teknik yang lebih kompleks dan efektif yang diharapkan dapat jauh lebih berbahaya - menjadi lebih canggih, dapat beroperasi secara mandiri, dan semakin sulit dideteksi.
Meningkatnya penggunaan perangkat pintar menghadirkan konektivitas yang dapat mengakses informasi keuangan dan informasi pribadi yang sangat sensitif.
Pada 2020, diperkirakan lebih dari 20 miliar perangkat IoT akan terhubung secara global - menciptakan peluang besar bagi penjahat siber untuk mengeksploitasinya.
Pengenalan GDPR di Eropa telah memperkuat fokus legislatif pada privasi data serta regulasi keamanan siber di Indonesia dan lintas Asia-Pasifik.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR