Hal ini menjadi peluang bagi pendatang baru, Realme. Eks sub-brand Oppo itu menduduki posisi kelima dengan pangsa pasar 6,1 persen.
Lima besar merek smartphone di Indonesia dari IDC ini hampir mirip dengan versi Counterpoint Research yang merilis hasil berdasarkan penjualan smartphone.
Counterpoint Research mendudukkan Samsung sebagai vendor nomor satu dengan pangsa pasar 27 persen pada periode yang sama.
Namun, posisi kedua versi Counterpoint Research diduduki oleh Xiaomi dengan pangsa pasar 21 persen.
Sementara Oppo baru menempati posisi ketiga dengan pangsa pasar 17 persen. Posisi keempat, versi Counterpoint Reserach, diisi oleh Vivo dengan dengan pangsa pasar 9 persen dan Realme di posisi kelima dengan hasil 8 persen.
Kedua firma riset ini menelurkan hasil agak berbeda dengan Canalys, yang meriset pengapalan smartphone di Indonesia. Canalys justru menempatkan Oppo di posisi pertama dengan pangsa pasar 26 persen.
Samsung baru menempati urutan kedua dengan pangsa pasar 24 persen. Nomor tiga dihuni oleh Xiaomi dengan pangsa pasar 19 persen.
Mirip dengan Counterpoint Research, Vivo dan Realme menduduki nomor empat dan lima dengan masing-masing pangsa pasar 15 persen dan 7 persen secara berurutan.
Menurut Risky, setiap firma riset memiliki metode yang berbeda, meski sama-sama menghitung pengapalan.
"Kalau kita melacak produk jadi yang keluar dari pabrik, yang akhirnya masuk ke distributor," jelas Risky.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR