Saat ini masyarakat Indonesia mulai terbiasa membayar barang atau jasa dengan dompet digital.
Berdasarkan data Bank Indonesia, saat ini sudah ada 38 layanan e-wallet yang mendapatkan lisensi di Indonesia.
Pada 2018, transaksi e-wallet di Indonesia tercatat mencapai angka USD 1,5 miliar dan akan menyentuh angka USD 25 miliar pada tahun 2023.
Aplikasi e-wallet populer di Indonesia sendiri dikuasai layanan buatan lokal seperti Go-Pay, Ovo, Dana, LinkAja, dan Jenius.
Apakah Bukalapak sebagai startup e-commerce lokal juga berniat meluncurkan layanan dompet digitalnya sendiri?
Director of Payment, Fintech, and Virtual Products Bukalapak, Victor Lesmana mengatakan pihaknya masih menimbang-nimbang hal tersebut.
"Apakah akan ada dompet digital atau tidak kita masih mengobservasi terlebih dahulu, untuk kemudian nanti responsnya bagaimana," kata Victor di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang.
"Saat ini kita juga bekerjasama dengan Dana dan kita melihat pertumbuhannya sangat cepat," sambungnya.
Victor menambahkan saat ini Bukalapak masih fokus untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia serta memberikan dampak secara sosial dan ekonomi.
Terlebih lagi kini sudah ada banyak layanan dompet digital yang populer di Indonesia sehingga tidak masuk akal untuk meluncurkan dompet digital hanya karena mau ikut-ikutan.
Namun, Victor mengatakan Bukalapak tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan layanan dompet digital, terutama jika dirasa membawa manfaat bagi penggunanya dan masyarakat Indonesia.
"Kalau ada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia kita akan open. Jadi untuk saat ini kita lebih melihat mana yang memberi benefit lebih banyak untuk pengguna kita maupun masyarakat," pungkasnya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR