Kebiasaan kita gonta ganti gadget berpotensi membuat tumpukan sampah elektronik (electronic waste/e-waste) di dunia makin menggunung.
Seiring pertumbuhan pasar produk dan perangkat elektronik, electronic waste pun menjadi satu jenis sampah baru yang mengotori dunia dengan cepat. Electronic waste, atau disingkat e-waste, kini menjadi salah satu persoalan besar yang harus dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Bahkan United Nations menyebut adanya tsunami e-waste.
Tumpukan sampah elektronik ini dihasilkan tidak hanya oleh konsumen. Menurut TCO Development, ternyata lebih banyak lagi limbah yang dihasilkan dalam proses manufaktur produk elektronik. Misalnya, dari keseluruhan rantai pembuatan notebook menyisakan 1.200 kilogram sampah.
Data United Nations pada tahun 2016 menyebutkan setidaknya 50 juta metric ton sampah elektronik dihasilkan per tahun di seluruh dunia. Yang membuat miris adalah baru 20% saja yang didaur ulang, dan sisanya berakhir di Tempat Pembuangaan Akhir (TPA). Sampah ini mengandung logam-logam berharga dan juga zat-zat beracun yang berpotensi memengaruhi kesehatan manusia.
Samsung Daur Ulang 7 Miliar Kg E-Waste
Perusahaan-perusahaan teknologi pun menyadari problem ini dan tidak tinggal diam. Salah satu raksasa elektronik, Samsung, malahan sudah memulai program daur ulang sampah elektronik sejak awal tahun 2000an. Kepada Waste360.com, Corporate Environmental Affairs Director, Samsung US, Mark Newton mengatakan sepanjang tahun 2017, Samsung berhasil mengumpulkan dan mendaur ulang sekitar 2,81 miliar kilogram sampah elektronik secara global.
Sesuai rencana, Samsung harus mengumpulkan dan mendaur ulang 3,6 miliar kilogram sampah elektronik sampai dengan tahun 2020 dan 6,8 miliar kilogram pada 2030. Samsung juga sudah menetapkan target untuk menggunakan kembali 453 juta kilogram material daur ulang di tahun 2030.
Keberadaan zat-zat sensitif dalam produk elektronik seperti gadget tentu tidak terhindarkan, misalnya merkuri. Ada pula material yang tidak bisa dipakai ulang. Samsung memastikan jenis material seperti itu akan dihancurkan dan dikumpulkan lalu diserahkan kepada downstream partner yang memang memiliki keahlian untuk memrosesnya.
Dell Gunakan Emas Daur Ulang
Bagi Dell, tanggung jawab terhadap lingkungan bukan sekadar menciptakan produk atau inisiatif ramah lingkungan, tapi menerapkan unsur sustainability atau keberlangsungan dalam tiap hal yang dilakukan saat berinovasi dengan teknologi untuk pelanggan, komunitas dan bumi.
“Ketika Anda memberikan apa yang diinginkan pelanggan, menghasilkan uang, dan membantu bumi--itulah good business,” ujar Jeff Clarke, VP Products & Operations, Dell.
Pada tahun 2017 lalu, Dell memelopori penggunaan ocean-bound plastic, yaitu plastik yang dibuang di laut, saluran air, dan pinggir pantai, sebagai protective tray untuk produk XPS 13 2-in-1. Salah satu target 2020 Legacy of Good dari Dell adalah memastikan kemasan produknya 100 persen berasal dari material yang sustainable.
Dalam rangka mewujudkan model ekonomi sirkular, Dell juga berupaya menggunakan material daur ulang. Pada tahun 2018, Dell menjadi produsen PC pertama yang menggunakan emas daur ulang dari e-waste. Produk Dell Latitude 5285 2-in-1 adalah produk pertama yang menggunakan emas daur ulang.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR