SSD sudah tak jarang digunakan sebagai media simpan utama di suatu PC desktop maupun notebook. Kinerja lebih tinggi dari HDD yang ditawarkannya tentu menjadi alasan utama. Ketika awal kemunculannya dulu, harga SSD sangatlah mahal. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan SLC (single-level cell) flash memory yang memang berharga tinggi. Belakangan harga SSD terus turun antara lain berkat digunakannya MLC (multi-level cell) flash memory yang diikuti TLC (tri-level cell) flash memory dan QLC (quad-level cell) flash memory yang lebih terjangkau. Nah, belum lama ini, Toshiba mengumumkan bahwa ia telah memulai penelitian terhadap PLC (penta-level cell) NAND flash memory.
SLC flash memory menawarkan hanya satu bit untuk setiap selnya, MLC flash memory menawarkan dua bit untuk setiap selnya, demikian seterusnya sampai PLC flash memory yang menawarkan lima bit. Dengan kata lain SLC flash memory hanya bisa menunjukkan salah satu dari dua nilai, 0 atau 1, pada suatu saat; MLC flash memory bisa menunjukkan salah satu dari empat nilai, 00, 01, 10, atau 11, pada suatu saat; demikian seterusnya sampai PLC flash memory yang bisa menunjukkan salah satu dari 32 nilai pada suatu saat. PLC flash memory misalnya hanya membutuhkan dua sel untuk menunjukkan 1100010101, sedangkan MLC akan membutuhkan lima sel. Oleh karena itu, untuk mencapai kapasitas yang sama, misalnya 1 TB, jumlah sel yang diperlukan PLC flash memory akan lebih sedikit dari MLC flash memory, TLC flash memory, maupun QLC flash memory. Hal ini berpotensi membuat harga SSD makin terjangkau.
Namun, flash memory memanfaatkan banyaknya kandungan elektron pada salah satu komponen di selnya untuk menentukan nilai yang disimpannya. Oleh karena itu, makin banyak bit yang bisa disimpan untuk setiap selnya, makin banyak level kandungan elektron yang harus bisa diletakkan maupun dideteksi dengan tepat. Akibatnya MLC flash memory akan memiliki kecepatan lebih rendah dari SLC flash memory, TLC flash memory akan memiliki kecepatan lebih rendah dari MLC flash memory, demikian seterusnya sampai PLC flash memory yang secara teoritis akan memiliki kecepatan paling rendah. Meletakkan maupun mendeteksi sesuatu yang berada di antara 1 dan 5 atau 5 dan 9 tentu lebih mudah dari yang berada di antara 1 dan 3, 3 dan 5, 5 dan 7, atau 7 dan 9 misalnya. Selain itu, umur suatu sel juga akan makin pendek dengan makin banyaknya bit yang bisa disimpan.
Saat ini, SSD yang hadir di pasaran banyak yang menggunakan TLC flash memory. Sebagian menawarkan kinerja yang bagus. Namun, setidaknya dari beberapa pengujian di internet, tidak demikian halnya dengan SSD yang memanfatkan QLC flash memory, utamanya setelah SLC cache-nya penuh. Namun, SSD yang menggunakan TLC flash memory pada awal kemunculannya pun, kinerjanya belum sebaik saat ini.
Tentunya penambahan kapasitas bit yang bisa disimpan per sel pada PLC flash memory tidak hanya berpotensi membuat harga SSD makin terjangkau. PLC flash memory juga berpotensi membuat kapasitas SSD yang umum tersedia bertambah besar. Produsen flash memory sendiri sudah beralih ke 3D flash memory dari 2D atau planar flash memory. Dengan 3D flash memory, produsen menambah luas area flash memory ke atas dengan menumpuknya dan bukannya ke samping. Toshiba sendiri saat ini telah menggunakan 96 lapisan. Ke depannya, menambah jumlah lapisan itu, misalnya menjadi 128, akan memungkinkan kapasitas cip flash memory bertambah tinggi lagi, apalagi bila dikombinasikan dengan PLC flash memory.
KOMENTAR