Setiap tahunnya, banyak vendor solusi keamanan siber yang rutin merilis hasil laporan mengenai lanskap ancaman siber yang telah terjadi dan mengancam perusahaan/organisasi di seluruh dunia.
Seperti Trend Micro misalnya. Perusahaan solusi keamanan siber asal Negeri Sakura ini telah menerbitkan "Roundup Report 2019" yang membahas mengenai hasil laporan terbaru mereka mengenai ancaman siber yang terjadi selama paruh pertama di tahun 2019.
Laksana Budiwiyono selaku Country Manager, Trend Micro Indonesia, mengatakan bahwa laporan tersebut mengungkapkan terjadinya lonjakan serangan ‘fileless’ yang dirancang untuk menyamarkan aktivitas kejahatan. Deteksi ancaman ini meningkat 265% dibandingkan dengan pertengahan tahun 2018.
"Temuan ini telah membuktikan bahwa banyak prediksi yang dibuat Trend Micro tahun lalu terbukti benar adanya, yaitu penyerang bekerja lebih pintar untuk menargetkan bisnis dan lingkungan yang akan menghasilkan pengembalian investasi terbesar,“ ujar Laksana.
Diungkapkan lagi oleh Laksana, kecanggihan dan perbuatan yang dilakukan secara diam-diam adalah strategi utama dari permainan cybersecurity ini, karena teknologi perusahaan dan serangan kriminal menjadi lebih terhubung dan lebih cerdas.
“Dari penyerang, kami melihat serangan yang disengaja, ditargetkan, dan licik yang secara diam-diam memanfaatkan orang, proses, dan teknologi. Namun, di sisi bisnis, transformasi digital dan migrasi cloud sedang memperluas dan memunculkan serangan pada perusahaan,“ kata Laksana.
"Untuk menangani evolusi ini, bisnis memerlukan mitra teknologi yang dapat menggabungkan keahlian manusia dengan teknologi keamanan canggih untuk lebih mendeteksi, menghubungkan, merespons, dan memulihkan ancaman," tambah Laksana,“ tambah Laksana.
Baca Juga: Indonesia Jadi Salah Satu Negara Tertinggi yang Kena Serangan WannaCry
Berbagai Jenis Serangan
Lebih lanjut, seiring dengan pertumbuhan ancaman ’fileless‘ di pertengahan tahun ini, penyerang semakin menyebarkan ancaman yang tidak terlihat oleh filter keamanan tradisional, karena mereka dapat dijalankan dalam memori sistem, berada di dalam sistem, atau dapat menyalahgunakan alat yang sah.
"Exploit Kits juga telah kembali, dengan peningkatan 136% dibandingkan dengan waktu yang sama pada tahun 2018,“ cetus Laksana.
Selain itu, cryptomining malware tetap menjadi ancaman yang paling terdeteksi pada paruh pertama tahun 2019, dengan penyerang semakin menyebarkan ancaman ini di server dan di lingkungan cloud.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR