"Saya ingin membuka lapangan pekerjaan bagi teman-teman dan membantu perekonomian (warga)," tutur seorang pria asal Kabupaten Penajam Paser Utara, wilayah Kalimantan Timur yang konon akan menjadi Ibu Kota baru.
Sepatah kalimat tersebut menjadi motivasi bagi Bondan Yulianto dan sang istri untuk membuat aplikasi antar-jemput serupa dengan Gojek maupun Grab dengan nama " JamRide" pada bulan April lalu.
Sebab, GoJek dan Grab memang belum masuk ke wilayah yang mereka tinggali, dalam hal ini Kabupaten Penajam Paser Utara. JamRide sendiri merupakan singkatan dari Penajam Ride.
Agar para warga lokal mudah menangkap serta mengingat merek tersebut, JamRide seringkali dibaca menjadi "jambret", sebuah aktifitas pencurian yang melibatkan sepeda motor.
"Jam singkatan dari Penajam, ride-nya itu berkendara, jadi ya jadi JamRide," ujar Bondan ketika dijumpai di kediaman Wakil Bupati Penajam Paser Utara.
"Kami cari (nama) yang cocok, dan (biasanya) diplesetin jadi jambret gitu, biar orang gampang menangkap," imbuhnya.
Di aplikasi JamRide, ada beberapa layanan utama yang bisa dibilang tak kalah saing dengan para kompetitor seperti GoJek maupun Grab.
Beberapa di antaranya adalah layanan antar-jemput menggunakan sepeda motor (Jam-Ride) dan layanan antar-jemput menggunakan mobil (Jam-Car).
Ada pula layanan pesan-antar makanan (Jam-Food), layanan berbelanja ke pasar (Jam-Mart), hingga layanan berbelanja di toko-toko spesifik (Jam-Shop).
Seluruh layanan yang sudah disebutkan di atas tadi sebenarnya memang sudah tersedia di aplikasi GoJek maupun Grab.
Lantas, apa bedanya JamRide dengan mereka?
Layanan khusus untuk ungguli kompetitor Menurut Bondan, ada beberapa layanan khusus yang hanya tersedia di JamRide. Dengan kata lain, sejumlah layanan ini tidak ada di aplikasi GoJek maupun Grab.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR