Layanan keuangan, mulai dari pembayaran abonemen, penyimpanan uang hingga transaksi belanja, merupakan salah satu layanan yang sangat dekat dengan keseharian masyarakat.
Apalagi, dengan meningkatnya penetrasi internet dan smartphone di Indonesia, pelaku industri keuangan diharapkan dapat menyesuaikan layanan produk dan jasa mereka sesuai dengan tren pasar dan kebiasaan masyarakat yang kini lebih banyak melakukan aktivitas secara online dan mobile.
Dengan kondisi tersebut, tentunya teknologi seperti Cloud, Big Data Analytics hingga teknologi Artificial Intelligence (AI) menjadi pilihan bagi para pemain industri keuangan untuk bertransformasi digital, yang tujuannya agar dapat mendorong daya saing perusahaan pada ekosistem digital.
Terkait dengan AI sendiri, studi Microsoft bertajuk “Future Ready Business: Assessing Asia-Pacific’s Growth with AI” mengemukakan bahwa organisasi yang mengimplementasikan AI diprediksi dapat meningkatkan daya saingnya sebesar 41% dalam tiga tahun mendatang.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa lebih dari setengah (52%) pelaku industri keuangan di Asia Pasifik telah memulai perjalanan AI mereka.
Angka ini lebih tinggi dari jumlah rata-rata Asia-Pasifik, yang berjumlah 41%, menandakan bahwa sektor ini selangkah lebih maju dari sektor lainnya di wilayah yang sama.
Baca Juga: Xiaomi akan Luncurkan Redmi Note 8 di Indonesia 17 Oktober
Menanggapi hal tersebut, Haris Izmee selaku Presiden Direktur, Microsoft Indonesia, mengungkapkan bahwa ekonomi digital telah menghasilkan tuntutan bagi organisasi di industri keuangan untuk mengubah diri agar tetap relevan bagi pelanggan.
“Di Indonesia kita melihat adanya pemain baru, terutama layanan non-perbankan dalam industri keuangan yang mampu menjangkau pelanggan melalui layanan berbasis teknologi. Disrupsi ini mengharuskan pemain lama untuk tetap relevan, termasuk mengubah strategi mereka,” ujar Haris.
“Untuk melakukan hal tersebut, terdapat tiga kunci utama – pemanfaatan data dan AI untuk operasional mereka, membangun dan menjaga kepercayaan dengan pelanggan, serta kolaborasi untuk mendorong inovasi,” tambahnya.
Organisasi di industri keuangan yang telah memulai perjalanan AI mereka melihat peningkatan dalam beberapa area seperti Keterlibatan Pelanggan, Daya Saing, Inovasi, Margin, Inteligensi Bisnis, dengan rentang peningkatan antara 17% hingga 26%.
Pada 2021, peningkatan di area tersebut diprediksi mencapai 35% hingga 45%, dengan lompatan terbesar pada Margin (yang diperkirakan meningkat sekitar 2,1x).
Lebih lanjut, Haris mengatakan, “Di Australia, Moula, sebuah perusahaan rintisan (startup) menerapkan AI untuk layanan pengambilan keputusan kredit secara real-time dan memanfaatkan Azure AI dan Machine Learning yang mampu memprediksi probabilitas pengembalian kredit untuk mencegah kredit macet. Kami melihat adanya potensi penerapan hal yang sama di Indonesia,” jelas Haris.
“Di Indonesia, penerapan AI dapat dilakukan pada perusahaan rintisan yang bergerak di bidang keuangan, seperti tekfin yang menyediakan pinjaman produktif secara online pada masyarakat, terutama pelaku bisnis kecil menengah,” tambahnya.
Baca Juga: Tips Kirim Percakapan WhatsApp ke Pengguna Lain lewat E-mail
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR