Contohnya China, yang menganggap Libra mengancam kedaulatan negeri tirai bambu tersebut. “Kemunculan Libra mendorong bank sentral Cina untuk menciptakan mata uang digital sendiri. Hal itu karena Libra menimbulkan ancaman terhadap pembayaran antarnegara, kebijakan keuangan, dan kedaulatan finansial,” ungkap Wang Xin (Director Bank of China).
Komentar yang sama juga dikemukakan regulator di AS. “Libra memunculkan kekhawatiran terkait privasi, pencucian uang, perlindungan konsumen, dan kestabilan finansial” ungkap Jerome Powell (Federal Reserve Chairman AS). Bahkan dua senator AS mengirimkan surat ke Visa, yang “mengancam” akan mengawasi operasional Visa lebih ketat; baik yang terkait Libra maupun tidak.
Dengan hengkangnya nama-nama besar tersebut, praktis tinggal sedikit perusahaan global yang masih tergabung di Libra Association. Contohnya adalah Uber, Booking Holdings, dan Vodafone. Itu pun dengan catatan, mereka tidak ikut “kabur” melihat perusahaan lain duluan hengkang dari asosiasi.
Ketika itu terjadi, Libra bisa jadi mati sebelum berkembang.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR