Peluang ekonomi digital terbuka lebar di Indonesia. Apa saja area utama digitalisasi yang perlu menjadi perhatian organisasi bisnis?
Hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company memaparkan potensi Indonesia sebagai digital economy terbesar di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2030. Pada saat itu nilai ekonomi Indonesia akan mencapai angka US$130 miliar di tahun 2025.
Hal ini tentu tak mengherankan karena sampai dengan tahun 2025, jumlah pengguna smartphone di Indonesia diperkirakan akan mencapai 89% dari populasi, atau meningkat 18% dari tahun 2017. Selain itu, Pemerintah juga sudah membuat peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk mendorong adopsi Industry 4.0. Ditambah lagi kesiapan Indonesia memasuki era layanan 5G pada tahun 2020 nanti.
“Ini juga memperlihatkan perubahan-perubahan di sisi konsumen yang mengharuskan perusahaan melakukan inovasi,” kata Cin Cin Go, Country Manager, VMware Indonesia. Menurutnya, transformasi digital diharapkan dapat menjadi enabler utama untuk perusahaan berinovasi, sekaligus dapat menyokong pertumbuhan ekonomi nasional.
Cin Cin mencontohkan dua perusahaan ternama di Indonesia yang sudah bertransformasi digital: Telkom Indonesia dan Alfamart. Telkom Indonesia mentransformasi data centernya dengan mengimplementasikan solusi Software-Defined Data Center. Tujuannya adalah menyajikan layanan yang always-on bagi pelanggan (SLA 99,995%), mengakselerasi inovasi dengan provisioning mesin virtual yang lebih cepat, dan mengurangi TCO.
Sementara Alfamart melakukan transformasi digital di sisi engagement. Pebisnis ritel ini menghadapi isu sebaran geografis yang luas di mana salah satu dampaknya adalah ketika harus memberikan pelatihan kepada karyawan. Solusi mobility yang diberikan VMware dapat mengurangi biaya untuk pelatihan hingga 20% dan meningkatkan produktivitas serta mobilitas.
Empat Area Transformasi
VP & Managing Director, SEAK, VMware, Sanjay K. Desmukh mengemukakan transformasi digital, baik di perusahaan rintisan maupun bank berskala besar, umumnya melibatkan empat area utama: aplikasi, infrastruktur digital, perangkat cerdas (smart devices), pengalaman (people experience). Menurut Sanjay, transformasi di empat area ini akan bermuara pada transformasi bisnis berupa kelincahan bisnis, optimalisasi biaya, produktivitas karyawan, dan keamanan yang lebih baik.
Pengembangan aplikasi harus bertransformasi karena alasan kelincahan dan kecepatan bisnis, serta perubahan arsitektur aplikasi itu sendiri. Perubahan arsitektur dari yang bersifat monolitik menjadi microservices akan meningkatkan kinerja dan skalabilitas aplikasi.
“Bagaimana VMware membantu pelanggan di area ini? Kami baru saja mengakuisisi Pivotal dua bulan lalu, yang merupakan market leader di bidang pengembangan modern application dan cloud native application,” jelas Sanjay.
Di area infrastruktur digital, meskipun ada cloud, tidak mudah untuk berpindah ke cloud. “Berpindah ke cloud ibarat kita pindah ke negara yang bahasanya tidak kita pahami. Anda harus mengubah semuanya untuk pindah ke cloud, ini tantangan terbesar pelanggan,” Sanjay memberikan ilustrasi.
Ketika sudah mengembangkan aplikasi cloud pun, perusahaan harus menghadapi tantangan fleksibilitas menjalankan workload dan aplikasi di mana saja. “VMware sudah membangun ‘jembatan’ dari data center ke cloud. Dengan jembatan ini Anda dapat membawa aplikasi ke cloud lalu mengembalikannya ke lingkungan on-premise,” jelas Sanjay.
Hal lain yang dilakukan VMware adalah menjalin kemitraan dengan 6 cloud provider ternama di dunia dan memasang software VMware di sana untuk memungkinkan pelanggan menjalankan aplikasi di cloud tanpa harus melakukan re-platforming. Dengan demikian, pelanggan memperoleh infrastruktur yang konsisten dari data center ke cloud manapun. VMware juga menawarkan platform VMware Cloud Foundation untuk membangun private cloud.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam mengelola perangkat mobile: heterogenitas dan keamanan. “VMware mempunyai software platform Workspace One yang memberikan kemampuan pada pelanggan untuk mengelola aplikasi di perangkat-perangkat cerdas secara aman,” ujar Sanjay.
Di sisi pengalaman, perusahaan harus dapat menyajikan pengalaman a la consumer yang konsisten bagi pelanggan maupun karyawan. Workspace One dijanjikan VMware dapat memberikan consumer experience melalui perangkat-perangkat di lingkungan enterprise.
“Inovasi yang kami lakukan, baik itu secara organic maupun melalui akuisisi adalah untuk membantu pelanggan di empat area tersebut sehingga upaya-upaya transformasi digital yang mereka lakukan dapat diakselerasi,” ujar Sanjay K. Desmukh mengakhiri presentasinya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR