Beredar banyak isu bahwa Lippo Group, pendiri sekaligus penyuntik investasi perusahaan bakal hengkang dari bisnis OVO lantaran tak kuat menyokong kebutuhan dana perusahaan.
Hal itu dikarenakan OVO masih terus melakukan skema bisnis 'bakar duit' dengan membebaskan biaya admin transfer ke sesama hingga bank.
Selain itu, OVO juga gencar memberikan promo potongan harga alias diskon sampai 60 persen kepada pelanggan setiap akhir bulan.
Bahkan, kabar yang beredar menyebut kebutuhan 'bakar duit' OVO (berdasarkan kurs rupiah Rp14 ribu per dolar AS).
Skema 'bakar duit' ini memang tengah menjadi tren di bisnis dompet digital, seperti yang dilakukan pemain lain. Misalnya, Gopay, DANA, LinkAja, dan lainnya.
"Rumor itu sama sekali tidak benar. Saya malah beberapa waktu lalu baru saja ketemu dan mengobrol panjang dengan Pak John Riady (CEO Lippo Group) soal pengembangan OVO ke depan," ungkap Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra.
Karaniya mengatakan OVO kini memang sudah menjadi perusahaan independen dengan investor beragam. Artinya, bukan hanya Lippo yang giat menyuntikkan dana untuk kebutuhan bisnis perusahaan.
Namun, hal itu tidak membuat hubungan kedua pihak renggang, apalagi sampai membuat Lippo Group meninggalkan OVO.
"Beliau (John Riady) banyak memberikan masukan dan selama ini sangat suportif terhadap berbagai upaya pengembangan bisnis OVO," katanya.
Di sisi lain, Karaniya enggan berkomentar soal kabar yang menyebut kebutuhan 'bakar duit' OVO mencapai Rp700 miliar.
"Soal besaran dana promosi dan operasional, kami tidak bisa disclose (ungkap)," tuturnya seperti dilansir CNN Indonesia.
Ia hanya menekankan perusahaan memiliki peta strategi bisnis yang jelas untuk menuju keuntungan dan keberlanjutan.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR