Belum lama ini, Qualcomm mengumumkan peta jalan visual yang memprediksi kapan negara di seluruh dunia dapat menghadirkan 5G.
Dalam peta itu, juga diprediksi kesiapan setiap negara menyambut jaringan teknologi kelima, termasuk di negara-negara berkembang di Asia.
Namun dari negara-negara Asia tersebut, Qualcomm hanya menyebutkan Singapura, Sri Lanka, dan Kamboja, yang akan memiliki 5G pada 2021 mendatang. Sayangnya, Indonesia tidak disebutkan dalam daftar itu.
Shannedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia menjelaskan, alasan Indonesia masih jauh dari penggunaan teknologi kelima. Dia beralasan Indonesia belum memiliki aturan dan penentuan spektrum 5G.
Padahal dua hal tersebut merupakan komponen fundamental agar 5G bisa terkoneksi.
“Tapi setiap negara punya aturan 5G masing-masing, termasuk operatornya juga punya strategi 5G masing-masing. Nah aturan di Indonesia itu belum ada,” kata Shannedy saat ditemui di Hotel Pullman Central Park di Jakarta.
Shannedy mengaku, pihaknya sudah memberikan saran dan contoh kepada pemerintah Indonesia terkait penggunaan 5G di negara lain.
“Artinya pemerintah bisa melihat apakah spektrum di luar bisa diaplikasikan di Indonesia, atau harus diubah sedikit. Itu yang mungkin sedang dikaji,” tukasnya.
Di Asia Tenggara, Shannedy memperkirakan Singapura akan lebih dulu memiliki 5G, disusul Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Dia belum dapat memprediksi kapan Indonesia akan menyediakan koneksi 5G.
Saat ini, Qualcomm sudah memiliki teknologi chip Snapdragon seri 855 yang mendukung 5G. Shannedy menjelaskan, agar ponsel pintar dapat terkoneksi 5G, dengan menambahkan modem X50. “Generasi kedua X55 sudah bisa digunakan untuk 2G hingga 5G,” tuturnya.
Chip terbaru yang dimiliki Qualcomm adalah Snapdragon 855+ (Plus). Desember mendatang, perusahaan akan kembali meluncurkan chip dengan peningkatan performa.
“Peluncuran di Hawaii. Mungkin kelanjutan dari 855+ (Plus). Yang pasti peningkatan performa. AI (artificial intelligence) sudah pasti ada,” pungkasnya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR