Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim hari ini mengumumkan Ujian Nasional (UN) akan dihapus 2021 mendatang. Sontak, sejumlah netizen di Twitter mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada Nadiem.
Hal itu ia ungkapkan dalam rapat koordinasi bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (11/12).
Seperti akun @raceuyoil_, dia terharu setelah mantan CEO Gojek itu mengumumkan UN bakal dihapus.
"Mau nangis, terima kasih Pak Nadiem. Tim kelas 11 kita bebas dari UN," cuitnya.
MONANGEESS MAKASII PAK NADIEM ???????????????? TEAM KELAS 11 KITA BEBAS DARI UN ???????????? pic.twitter.com/PHaGoOOssX
— [HIATUS] Ra_cєυ????|| (@kembaransojung_) December 11, 2019
Terima kasih bapak @Nadiem_Makarim, saya terharu sekali dengan gebrakan bapak yang satu ini pic.twitter.com/QtCcSKx4Iw
— siapa aku? (@dirikumanusia) December 11, 2019
Meski begitu, netizen lain yang nampaknya tengah duduk dibangku kuliah mempertanyakan mengapa skripsi juga tidak ikut dihapus.
"Kenapa tidak skripsi saja, sih pak yang dihapus @Nadiem_Makarim," cuit akun @afifahraa_
kenapa ngga skripsi aja sih pak yg dihapus ???? @Nadiem_Makarim
— ndoro (@afifahraa_) December 11, 2019
apa skripsi ndak maw dihapus juga pak nadiem???
— na (@woodzune) December 11, 2019
Nadiem Makarim tetapkan program "Merdeka Belajar", salah satunya hapus UN.
ga sekalian gitu ada hapus skripsi.. :)
— dhiyaalfaruqy (@dhiyaalfaruqy) December 11, 2019
Meski UN dihapus, Nadiem dan jajarannya tengah menyiapkan ujian pengganti yakni Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Dia mengklaim sistem tersebut nantinya tidak hanya menilai siswa tetapi mampu memetakan sekolah berdasarkan pada kompetensi materi yang diizinkan.
"Asesmen Kompetensi Minimum, adalah kompetensi yang benar-benar minimum di mana kita bisa memetakan sekolah dan daerah berdasarkan kompetensi minimum apa itu materinya. Materinya yang bagian kognitif ada dua. Satu adalah literasi dan kedua adalah numerasi," jelas Nadiem.
Sementara itu alasan mengapa dirinya berani menghilangkan UN karena selama ini UN dinilai banyak bermasalah. Keluhan itu Nadiem himpun berdasarkan survei dan diskusi dari orang tua, siswa, hingga guru dan kepala sekolah.
Menurut Nadiem, mereka menyebutkan bahwa materi yang digunakan dalam UN cenderung padat dan menuntut para murid berfokus pada penghafalan materi dibanding kompetensi.
"Bagi banyak sekali siswa guru dan orangtua, sebab sebenarnya ini jadi berubah sebagai indikator keberhasilan siswa, sebagai individu padahal maksudnya UN adalah untuk asesmen sistem pendidikan," kata Nadiem.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR