Platform streaming video asal China itu punya ciri khas berbagai filter unik dari mulai yang bikin cantik hingga efek kamera yang cukup mengganggu.
Berbagai dukungan editing video itu, membuat penggunanya merasa terdorong untuk terus menerus meng-upload video selfie atau konten receh. Mereka meluapkan kreativitasnya lewat TikTok.
Konten seperti itu memang ada di platform media sosial mana pun. Namun sayangnya, TikTok kerap mendapatkan penilaian yang kurang baik di pandangan kebanyakan orang. Tak sedikit juga yang menganggap para pengguna TikTok adalah ‘alay’.
Menanggapi hal itu, TikTok mengatakan penilaian itu akan dilontarkan oleh orang-orang yang tidak pernah mencicipi aplikasi streaming video berdurasi 15 detik itu.
Menurut TikTok, konten video di platform mereka tidak tertutup pada satu jenis konten, dan ada banyak konten yang bisa dipilih sesuai dengan kegemaran pengguna.
“Banyak kok konten serius, enggak alay doang. Ada konten belajar. TikTok ini sebenarnya open platform buat siapa pun,” kata Angga Anugrah Putra, Head of User and Content Operations TikTok Indonesia, saat ditemui di Jakarta.
“Algoritma kita akan mem-profile kita sukanya apa karena pengguna kita diverse banget kontennya. Jadi otomatis user-nya juga diverse,” lanjutnya.
Angga juga menjelaskan bahwa TikTok sebenarnya tidak seperti media sosial pada umumnya. Ia menekankan bahwa TikTok adalah content distributor yang tidak berbasis follower. Sehingga, pengguna bisa mengunggah konten apa pun dan akan terdistribusi secara otomatis kepada orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap konten itu.
“Semua topik itu bisa ditemukan lewat hashtag. Dan aplikasi juga akan men-capture habit kita terhadap konten. Misalnya saya suka konten makanan, algoritmanya akan belajar menyesuaikan dengan konten itu ke depannya,” kata Angga.
Senada dengan Angga, Head of Public Policy TikTok Indonesia, Donny Eryastha, mengakui bahwa kebanyakan pengguna TikTok adalah Gen Z.
Namun tak sedikit juga generasi milenial bahkan baby boomer yang memanfaatkan platform itu untuk mendistribusikan kreativitasnya.
Contohnya, kreator paling populer di TikTok selama 2019 saja kebanyakan datang dari generasi milenial. Mereka adalah traveler bernama Barry Kusuma, selebritas dan penyanyi Gisel Anastasia. Bahkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjadi salah satu akun TikTok dari kalangan organisasi pemerintahan yang paling populer.
“TikTok isinya bukan cuma joget lipsync doang. Pengguna bisa kok tinggal sesuaikan aja sama karakternya ada kok semua konten. Jadi buat yang mikir TikTok alay cobain aja dulu teknologinya,” ujarnya.
TikTok sendiri hingga saat ini sudah beroperasi di 150 negara dengan total 50 kantor cabang di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR