Fitur menarik lainnya dari Kreditek adalah adanya sistem credit scoring. Sistem ini akan menganalisa profil calon nasabah, seperti estimasi pemasukan dan biaya hidup, untuk menentukan tingkat risiko pinjaman. Fitur credit scoring ini sendiri menggunakan teknologi perusahaan Belanda, yaitu Financial Access, yang menjadi mitra bisnis Exlayer saat membangun Kreditek.
Selain memanfaatkan creding scoring internal, hasil analisis Kreditek juga bisa dipadukan dengan data SLIK dari OJK. Dengan begitu, BPR memiliki basis data yang memadai untuk menentukan pemberian pinjaman kepada pemohon.
Investasi Terjangkau
Dengan melakukan digitalisasi proses ini, BPR pun dapat lebih cepat mengucurkan pinjaman ke pemohon. Menurut perhitungan Irianto, Kreditek bisa mempersingkat proses pinjaman dari seminggu menjadi 2-3 hari. Durasi ini memang tidak secepat fintech yang bisa mengucurkan dana dalam hitungan jam, namun hal ini tidak lepas dari pendekatan prudent alias kehati-hatian yang tetap harus dilakukan BPR (seperti tetap melakukan survei ke lapangan).
Akan tetapi Irianto meyakini, BPR seharusnya tetap bisa menjadi pilihan petani dan pengusaha kecil dibanding fintech. Salah satunya karena tingkat bunga BPR yang lebih bersahabat. “Karena BPR bunganya sekitar 1,5 sampai 2% sebulan,“ ungkap Irianto, sembari membandingkan bunga fintech yang bisa mencapai 0,8% per hari. Yang tak kalah penting, BPR memiliki agen yang paham betul profil nasabah di lapangan, sehingga bisa melihat potensi dan kebutuhan nasabah secara lebih akurat.
Karena ditujukan bagi BPR yang memiliki modal terbatas, Kreditek dirancang dengan model berlangganan. Pihak BPR cukup membayar biaya langganan Rp.1,5 juta per bulan dan biaya Rp.15 ribu per pinjaman yang disetujui. Dengan model seperti itu, Irianto berharap skema ini lebih memudahkan BPR dalam mengadopsi teknologi.
Kreditek Financial Access ini baru dirilis dua bulan lalu, namun sudah ada sekitar 10 BPR yang berminat untuk mengimplementasikan solusi ini. Dengan sambutan awal yang menggembirakan ini, Irianto menargetkan tahun depan ada 100 BPR atau koperasi yang menggunakan platform Kreditek ini. “Dengan begitu, saya bisa mengembangkan platform ini,” ungkap Irianto, sambil menunjuk pemetaan petani potensial sebagai salah satu fokus utamanya.
Ada alasan tersendiri mengapa pria yang tinggal di Jakarta dan Bali ini memiliki perhatian khusus terhadap pembiayaan bagi petani dan pengusaha kecil. “Karena mereka sejatinya adalah penopang ekonomi mikro,” ungkap Irianto. “Saya ingin Kreditek ini memiliki dampak positif bagi bisnis BPR maupun petani dan pengusaha kecil,” tambah Irianto.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR