Setelah Gojek dan layanan ride-hailing lokal, Dego Ride, Grab turut meramaikan peta persaingan layanan ojek online di Malaysia. Layanan GrabBike resmi mengaspal di Negeri Jiran pada 3 Januari 2020, tepatnya di kawasan Klang Valley, Malaysia.
Sama halnya dengan Gojek dan Dego Ride, operasional ini masih bersifat uji coba dan hanya berlaku selama enam bulan. Selama ini, pemerintah Malaysia cukup ketat untuk memberikan perizinan pada transportasi online motor atau ojek untuk berkeliaran di sana.
Salah satu alasannya adalah tingkat kecelakaan kendaraan roda dua yang dianggap lebih tinggi. Agar bisa beroperasi, Grab pun berjanji akan memberikan pelayanan yang maksimal dan standar keamanan yang memadai. Termasuk memberikan pelatihan keselamatan dan mengemudi dengan baik dan benar.
"Keselematan menjadi prioritas Grab. Semua kendaraan motor Grab Bike dilengkapi dengan helm untuk mitra pengemudi dan penumpang, termasuk jaket untuk pengemudi," jelas Country Head Grab Malaysia, Sean Goh.
Selain itu, Goh juga mengatakan baik pengemudi dan penumpang Grab, akan dijamin dengan asuransi pribadi. Ada syarat Kendati sudah mulai beroperasi, penggunaan GrabBike di Malaysia tidak seperti di Indonesiaseperti dirangkum Tech in Asia.
Di Klang Valley, GrabBike hanya boleh menerima pesanan dengan jarak tempuh maksimal 10 kilometer. Transaksi tunai juga dibatasi dari jam 21.00 - 02.00 saja, dengan alasan memastikan keselamatan.
Grab juga akan membawa sejumlah fitur, seperti verifikasi menggunakan swafoto, pusat keamanan, dan seperangkat keselamatan pengemudi. Uji coba ojek dari Grab Bike, Gojek, maupun Dego Ride ini dilakukan untuk melihat budaya transportasi online baru di Malaysia.
Pemerintah Malaysia ingin melihat seberapa tinggi permintaan pasar terhadap kehadiran ojek online di negaranya.
Kontribusi Terbesar
Grab yang dikenal sebagai perusahaan ride-hailing, menyatakan penyumbang transaksi terbesar bukan dari layanan transportasi GrabBike maupun GrabCar.
Pendorong utama pertumbuhan perusahaan justru berasal dari layanan makanan Grab Food dan keuangan Grab Financial.
Keduanya diketahui menghasilkan lebih dari 50 persen total penjualan atau gross merchandise volume (GMV). GMV adalah nilai total penjualan yang ditransaksikan di seluruh platform.
Co-Chief and Regional Head GrabFood Lim Kell Jay mengonfirmasi bahwa setelah Grab melakukan ekspansi pada layanan lain, justru layanan GrabFood dan Grab Financial yang menjadi mesin uang.
"Kami memulai sebagai perusahaan ride-hailing kemudian melihat peluang untuk memberikan lebih banyak layanan kepada pengguna. Dengan begitu, kita bisa melibatkan lebih banyak pelanggan sehingga transaksi terus meningkat di platform kita," ujarnya, seperti dilansir South China Morning Post.
"Keuntungan dari pengiriman makanan lebih baik daripada GrabBike. Berdasarkan apa yang kami lihat di lapangan, sangat mungkin GrabFood jauh lebih besar dan menjadi bisnis yang lebih menguntungkan daripada layanan transportasi ride-hailing."
Platform serupa asal China, Meituan juga membuktikan bahwa model pengiriman makanan terbukti sangat memberikan keuntungan dan potensi pertumbuhan yang besar.
Memperluas Layanan
Sejak mengambil alih operasi Uber di Asia Tenggara pada 2018, Grab memperluas layanan pengiriman GrabFood dan fokus terhadap bisnis tersebut di enam negara di Asia Tenggara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, yang telah menjangkau lebih dari 220 kota.
Berdasarkan laporan GGV Capital Hans Tung mengungkapkan perusahaan akan sulit menghasilkan laba jika hanya mengoperasikan aplikasi khusus pengiriman makanan. Tetapi ketika di-bundling atau digabungkan dengan layanan lain, cenderung menarik pelanggan dan membuat mereka bertahan.
Di sisi lain, yang membuat transaksi GrabFood dan Grab Financial meningkat karena GrabFood juga menarik mitra pedagang maupun pengemudi agar juga menjadi pelanggan Grab Financial dengan menggunakan GrabPay.
Layanan keuangan milik Grab ini memungkinkan mereka mengambil pinjaman kecil yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis mereka.
Senior Managing Director Grab Financial Reuben Lai mengatakan hal itu membantu para merchant maupun mitra pengemudi yang kesulitan mendapatkan pinjaman bank atau dikarenakan suku bunga yang sangat tinggi. Terlebih, di Asia Tenggara, sebagian besar orang masih tidak memiliki akses ke rekening bank.
"Apa yang akan kami lakukan adalah benar-benar memberikan pemberdayaan ekonomi melalui layanan keuangan," ujarnya.
Source | : | tech in asia |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR