Apple berencana meningkatkan produksi iPhone sebesar 10 persen pada pertengahan tahun ini mungkin terhalang oleh wabah virus corona yang menyebar di China, demikian Nikkei Asian Review.
Perusahaan itu telah meminta pemasok-pemasoknya, banyak di antaranya punya pusat manufaktur di China, untuk membuat hingga 80 juta iPhone pada paruh pertama 2020, lapor Nikkei, mengutip sumber yang mengetahui rencana Apple.
Apple telah memesan hingga 65 juta iPhone lama dan maksimal 15 juta unit model teranyar yang rencananya akan diluncurkan pada Maret.
Namun, produksi massal yang akan dimulai pada pekan ketiga Februari mungkin tertunda karena muncul wabah virus corona, lapor Nikkei.
Wabah virus corona sejauh ini telah membunuh lebih dari 100 orang dan menginfeksi lebih dari 4.500 orang di China, membuat puluhan juta orang tak bisa kemana-mana saat libur Tahun Baru Imlek dan mengguncang pasar global.
Oktober lalu, Nikkei melaporkan Apple meminta pemasok meningkatkan produksi model iPhone 11 hingga 8 juta unit, atau 10 persen, mengisyarakatkan permintaan versi teranyar ponsel andalan Apple ini meningkat.
Tutup Toko
CEO Apple, Tim Cook mengatakan bahwa perusahaannya akan membatasi perjalanan karyawannya ke Tiongkok. Menyusul mewabahnya Virus Corona di negara tersebut. Selain itu, pihaknya pun telah menutup sementara satu Toko Ritel dan mengurangi jam operasional untuk toko retail lainnya di negara tersebut.
"Kami telah menutup salah satu Toko Ritel, dan sejumlah mitra pengecer juga telah menutup toko mereka," ujar Cook, dilansir dari The Verge, Rabu (29/1/2020).
Apple pun mengklaim situasi ini juga memberikan dampak negatif terhadap lalu lintas ritel Apple di seluruh negeri. Mengingat pemerintah Tiongkok telah memperpanjang libur tahun baru Imlek dan meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah.
Langkah tersebut untuk mengantisipasi penyebaran atau penularan Virus Corona secara tidak sengaja ketika masyarakat beraktivitas di luar ruang.
Apple sendiri telah memberikan perawatan kepada karyawan di wilayah Wuhan. Pihaknya secara teratur mengukur suhu karyawan untuk memeriksa gejala demam dan flu yang mengindikasikan adanya Virus. Di sisi lain, Apple secara agresif membersihkan toko dan kantor ritelnya di Tiongkok.
Rekor Pendapatan
Apple kembali mencatatkan kinerja keuangan yang fantastis, melampaui prediksi para analis. Apple meraih pendapatan USD91,8 miliar atau setara Rp1.251,33 triliun (USD1 setara Rp13.631) untuk kuartal pertama tahun fiscal 2020 (1 Oktober 2019-31 Desember 2019), meningkat 9 persen dari tahun sebelumnya.
Apple juga melaporkan laba per saham USD4,99. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan para analis yang hanya memprediksi USD4,55 per saham. Laporan keuangan Apple itu direspon dengan hangat oleh pelaku pasar. Hasilnya saham Apple Inc di Wall Street juga mengalami penguatan sebesar 2,83% pada akhir perdagangan.
Moncernya kinerja Apple didorong melonjaknya penjualan perangkat wearables seperti headphone nirkable dan AirPods. Laris manisnya produk ini bahkan membuat pihak Apple kehabisan stock perangkan wearables ini.
Sementara penjualan iPhone pada kuartal IV-2019 mencapai USD55,96 miliar mengalahkan perkiraan analis USD51,6 miliar dan penjualan tahun sebelumnya USD52 miliar. Hal ini juga sekaligus menghentikan tren penurunan penjualan utama selama setahun untuk produk perangkat keras Apple yang paling laris.
Model iPhone 11 dan iPhone 11 Pro menjadi perangkat yang paling Favorit pada penjualan kuartal IV-2019 lalu. Bahkan, IPhone 11 dan 11 Pro menjadi masuk dalam perangkat jajaran iPhone terkuat yang pernah kami miliki.
Apple optimis pendapatan di kuartal I-2020 akan mencapai USD67 miliar atau di atas dari perkiraan yang hanya USD62,4 milar. Hal ini tidak terlepas dari kepercayaan perusahaan bahwa telepon dan perangkat lain seperti headphone nirkabel AirPods akan terus terjual dengan baik meskipun saat ini hampir kehabisan stok.
Kepala Ekonom untuk Capital Investment Counsel pemegang saham Apple, Eddins mengatakan Apple harus mendorong layanan berbayar kartu kredit dengan Goldman Sachs dan layanan berlangganan game dan televisi. Sebab pendapatan layanan hanya sekitar USD12,7 miliar, di bawah perkiraan analis USD 13 miliar meskipun mengalami kenaikan dari USD10,9 miliar pada tahun sebelumnya.
“Layanan itu penting, tetapi lintasannya tepat sasaran. Saya merasa mereka telah membuat kemajuan yang baik di bidang itu," ujarnya.
"Kekuatannya datang dari iPhone dan penjualan perangkat wearables terus tumbuh sangat kuat," kata Shannon Cross dari Cross Research, seperti dikutip Bloomberg.
Setelah pertumbuhan yang cepat selama bertahun-tahun, ekspansi Apple telah melambat karena permintaan untuk smartphone menyusut di tengah meningkatnya persaingan dari competitor di China.
Di bawah CEO Tim Cook, strategi perusahaan telah berkembang. Saat ini Apple menargetkan penjualan handset baru kepada pelanggan setiap tiga hingga lima tahun, dan kemudian menawarkan sebanyak mungkin layanan dan aksesori di tahun-tahun berikutnya.
Pada hari Selasa, Cook mengatakan Apple melihat "permintaan kuat" untuk iPhone terbaru dan mencatat bahwa basis lebih dari 1,5 miliar perangkat telah menjadi "pendorong besar pertumbuhan kami secara menyeluruh."
Source | : | The Verge,Nikkei |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR