Untuk mengakses dark web sendiri juga dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan agar tidak menjadi korban peretasan pihak lain.
“Data kartu kredit orang Indonesia juga bisa masuk dalam file terbaru yang dijual Joker Stash. File tersebut diberi nama BIGBADABOOM-III. Sebaiknya Bank Indonesia (BI) mengantisipasi hal ini, karena dari 4 file, salah satu file adalah data kartu kredit dari seluruh dunia, sekitar 40 negara,” terang Pratama.
Pratama menambahkan, BI perlu waspada lantaran pada Oktober 2019, sebagian besar data transaksi kartu yang dijual adalah dari nasabah perbankan di India.
Artinya, data yang diperjualbelikan di Joker Stash tidak selalu data warga Eropa dan AS saja.
“Semoga saja, tidak banyak dan tidak ada korban carding Joker Stash dari Indonesia. Bila ada, artinya terjadi pencurian data yang targetnya belum kita ketahui bersama. Untuk di AS sudah ketahuan peritel Wawa menjadi target utama dengan lebih 30 juta data transaksi kartu yang diambil. BI sebaiknya mulai mencari tahu apakah ada data nasabah Indonesia yang ikut menjadi korban,” tegas Pratama.
Pencurian data transaksi kartu berbahaya, karena oleh para pelaku bisa digunakan untuk berbelanja sepuasnya sampai limit kredit tercapai.
Oleh karena itu, Pratama memberikan sedikit saran bagi masyarakat indonesia yang memiliki kartu kredit.
“Setiap pemilik kartu kredit disarankan mengaktifkan notifikasi SMS untuk setiap transaksi. Sehingga bila ada transaksi ilegal, bisa langsung diketahui,” pungkasnya.
Baca Juga: Penjualan Data Medis Lebih Laris daripada Kartu Kredit di Dark Web
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR