Sudah lebih dari setengah tahun Huawei masuk ke daftar hitam entity list pemerintah AS sebagai dampak perang dagang antara negara tersebut dengan China Huawei pun dilarang melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan asal Amerika Serikat, termasuk Google.
Akibatnya, ponsel-ponsel Huawei mulai seri Mate 30 tak bisa lagi menggunakan aplikasi dan layanan Google, seperti PlayStore atau Gmail.
Baru-baru ini Huawei sempat mengatakan akan benar-benar putus hubungan dari Google Mobile Service (GMS) meskipun ketegangan AS-China mereda dan pemblokiran dicabut untuk sepenuhnya menggunakan ekosistem Huawei Mobile Service (HMS) buatan sendiri.
Pernyataan itu dilontarkan Country Manager Huawei Austria, Fred Wangfei yang dimuat dalam laporan media Austria, Der Standard. Dalam laporan tersebut, Wangfei mengatakan perusahaannya ingin lepas dari ketergantungan politik AS.
Ia mengatakan, Huawei akan membuat ekosistem sendiri yang akan menjadi pesaing iOS dan Android, dua platform mobile besar saat ini. Bahkan, dirangkum Android Police, Wangfei mengklaim telah mereplika 24 dari 60 API esensial ke platform HMS. Replika API tersebut dikembangkan 4.000 developer Huawei.
Dibantah Akan tetapi pernyataan Fred Wangfei itu dibantah oleh Huawei sendiri. Dilaporkan The Verge, perwakilan Huawei mengatakan masih membuka pintu selebar-lebarnya untuk kembali menggunakan GMS seperti sebelum diblokir AS.
"Pilihan pertama kami tetaplah ekosistem Android yang terbuka, termasuk GMS -itulah menjadikan kami vendor nomor dua di dunia dalam angka pengiriman smartphone," jelas juru bicara Huawei.
"Akan tetapi, kalau kami tidak bisa menggunakannya, kami punya kemampuan untuk mengembangkan (ekosistem sendiri)," lanjut Huawei.
Menurut beberapa analis pasar, seperti Canalys, Strategy Analytics, maupun Counterpoint Research, Huawei berhasil menduduki peringkat kedua dalam pengiriman smartphone pada tahun 2019, menggeser kedudukan Apple.
Kendati bisnisnya dengan Google ditangguhkan, Huawei tidak benar-benar lepas dari Android. Mereka masih menggunakan Android melalui lisensi open-source AOSP (Android Open Source project) yang memang terbuka bagi siapapun.
Berbeda dengan lisensi penuh Android, seperti yang dimiliki Huawei sebelumnya, AOSP tidak memiliki akses ke sejumlah layanan Google, termasuk aplikasi Play Store, Gmail, YouTube, dan sebagainya.
"Saya percaya, lisensi Google dan Huawei akan diberikan, tapi Anda harus memastikannya dulu ke Google," kata juru bicara Huawei.
Huawei juga mengatakan masih melakukan penawaran kerja sama untuk mengembangkan HMS. Perwakilan Huawei mengklaim HMS cukup mendapat respon positif di Eropa.
Source | : | Android Police |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR