Sebanyak lebih dari 300 perusahaan Tiongkok, termasuk startup dan Xiaomi mengajukan pinjaman ke bank untuk mengatasi dampak virus corona. Pinjaman yang diajukan sekitar 57,4 miliar yuan atau sekitar Rp 112,6 triliun.
Saat ini virus corona telah membunuh 1.110 orang di Tiongkok hingga pagi hari ini (12/2). Sekitar 44.200 terinfeksi virus dengan nama Covid-19 itu. Pandemi itu bahkan mewabah di beberapa negara lainnya.
Wabah tersebut membuat sejumlah perusahaan menutup sementara pabrik. Pemerintah Tiongkok juga mengisolasi Wuhan dan membatasi mobilisasi di beberapa wilayah. Kondisi ini diprediksi berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2020.
Beberapa perusahaan akhirnya mencari pinjaman ke bank. Menurut sumber Reuters, perusahaan dan startup teknologi seperti Meituan Dianping, Xiaomi, Didi Chuxing Technology Co, Megvii Technology Inc, dan Qihoo 360 Technology Co mengajukan pembiayaan.
Sumber-sumber Reuters tersebut menerima salinan dua daftar nama perusahaan—yang mengajukan pinjaman—yang dikirim biro keuangan pemerintah kota ke bank-bank Beijing. Kedua daftar itu memuat nilai pinjaman yang diajukan.
Mereka mengatakan, korporasi-korporasi di ibu kota Tiongkok itu kemungkinan akan mendapat persetujuan lewat jalur cepat dengan suku bunga preferensial. Namun, tidak ada data resmi yang menunjukkan total pinjaman yang diajukan perusahaan-perusahaan tersebut.
"Bank yang mengambil keputusan akhir pemberian pinjaman," kata salah satu sumber dikutip dari Reuters, kemarin (11/2). "Suku bunga cenderung setara dengan yang ditawarkan kepada klien bank tingkat atas," ujarnya.
Berdasarkan daftar yang diterima sumber, produsen ponsel pintar (smartphone) Xiaomi mencari pinjaman 5 miliar yuan (Rp 9,8 triliun) untuk memproduksi dan menjual peralatan medis termasuk masker dan termometer.
Startup pesan-antar makanan dan penjualan tiket online, Meituan Dianping mencari 4 miliar yuan (Rp 7,85 triliun). Sebagian pinjaman akan digunakan untuk membiayai makanan gratis untuk warga dan staf medis di Wuhan.
Ibu kota provinsi Hubei itu merupakan daerah pertama ditemukannya kasus virus corona. Korban meninggal dunia di daerah itu mencapai 1.068 jiwa hingga pagi hari ini (12/2).
Startup penyedia layanan berbagi tumpangan (ride hailing), Didi Chuxing mengajukan pinjaman 50 juta yuan (Rp 98,1 miliar). Perusahaan keamanan berbasis digital, Qihoo 360 yang berbasis di Beijing mencari 1 miliar yuan (Rp 1,96 triliun) untuk membeli produk terkait medis dan membiayai proyek aplikasi untuk melacak virus.
Perusahaan rintisan Megvii mengajukan 100 juta yuan (Rp 196,2 miliar) untuk mengembangkan teknologi pengenalan wajah (face recognition) tingkat lanjut. Teknologi itu meningkatkan akurasi identifikasi individu yang menggunakan penutup wajah di kerumuman.
Namun, Megvii menolak untuk mengonfirmasi pinjaman tersebut. Perusahaan hanya menyampaikan tengah berupaya mengoptimalkan produk pemindai suhu tubuh menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang diluncurkan minggu lalu untuk melawan virus corona.
Meituan Dianping, Didi, dan Xiaomi juga menolak berkomentar. Sedangkan Qihoo 360 tidak segera menanggapi permintaan komentar. Begitu juga dengan Biro keuangan pemerintah kota Beijing, tidak menanggapi permintaan komentar melalui email.
Source | : | Reuters |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR