Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerald Plate meminta perusahaan rintisan lain yang sedang berkembang di Indonesia segera menyusul kesuksesan e-commerce JD.ID.
JD.ID sebelumnya sukses menyandang status unicorn keenam di Indonesia setelah Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO.
“Kami tentu dalam peran sebagai akselerator bisnis hilir ICT (information and communication technologies) akan terus mendorong agar start up indonesia yang saat ini sudah naik kelas menjadi sentour dapat segera beranjak menjadi unicorn baru,” ujar Johnny.
Johnny optimistis industri digital di Indonesia akan terus bertumbuh pesat pada masa mendatang seiring dengan perkembangan teknologi. Musababnya, Indonesia saat ini memiliki pasar yang besar bagi perusahaan rintisan.
Ihwal lahirnya JD.ID sebagai unicorn, Johnny menyampaikan apresiasinya. Menurut Johnny, JD.ID merupakan salah satu perusahaan rintisan Tanah Air dengan pertumbuhan valuasi yang tergolong moncer.
“JD.ID merupakan unicorn global yang berkembang di Indonesia,” ucapnya.
JD.ID mencapai valuasi di atas US$ 1 miliar setelah melakukan join ventures dengan beberapa perusahaan digital berpendanaan jumbo. Pada Februari 2019, JD.ID tergabung dalam pendanaan fase pertama putaran pendanaan seri F Gojek. Pendanaan ini dipimpin Google, JD.com, dan Tencent.
JD.ID juga memperoleh pendanaan dari investor lainnya. Misalnya Mitsubishi Corporation dan Provident Capital. JD.ID mulai beroperasi di Indonesia pada 2015. Perusahaan ini menjadi penantang bagi e-commerce lainnya, seperti Shoppee, Blibli, dan Lazada.
JD.ID
Dilansir Tech in Asia, naiknya valuasi JD.ID setelah anak perusahaan JD.com tersebut dikabarkan menerima investasi dari Gojek. JD.ID tak membenarkan atau membantah kabar itu meski tidak diketahui nilainya.
Indonesia memiliki pasar e-commerce yang menarik bagi para investor. Pada 2019, pasar e-commerce menvapai 20,9 miliar dolar AS dan diprediksi naik empat kali lipat pada 2025 menjadi 82 miliar dolar AS. Kenaikan tersebut berdasarkan terus tumbuhnya kelas menengah dan meningkatnya akses internet.
Saat ini, cukup banyak pemain e-commerce yang bertarung untuk memperebutkan pasar seperti Shopee, Bukalapak, Lazada, dan Tokopedia.
Sejauh ini, Tokopedia masih menjadi e-commerce yang terbanyak dikunjungi diikuti Shopee, Bukalapak, dan Lazada.
Sementara, JD.ID berada di posisi enam. Secara regional di Asia Tenggara, Shopee dan Lazada bersaing ketat di posisi puncak.
JD.ID juga memperoleh pendanaan dari investor lainnya. Misalnya Mitsubishi Corporation dan Provident Capital.
JD.ID mulai beroperasi di Indonesia pada 2015. Perusahaan ini menjadi penantang bagi e-commerce lainnya, seperti Shoppee, Blibli, dan Lazada.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR