Huawei fokus menjadikan ekosistem aplikasi Huawei Mobile Services (HMS) dan App Galery jadi pengganti toko aplikasi Google Play Store. Harapannya, HMS dan AppGallery bisa melepas ketergantungan Huawei dari berbagai aplikasi Google di Android.
Deputy Country Director Huawei Device Indonesia Lo Khing Seng mengatakan Huawei Indonesia sudah menyiapkan Huawei Maps untuk menggantikan Google Maps. Sehingga, para pengembang nantinya bisa melakukan integrasi agar aplikasi mereka terintegrasi dengan Huawei Maps.
"Kita sudah siap tinggal pengembang aplikasi terintegrasi, untuk mengganti atau menambahkan yang mereka punya dengan menggunakan Huawei," ujar Khing Seng kepada awak media di bilangan Thamrin, Jakarta.
Ia juga harus melakukan negosiasi dan usaha tambahan kepada para pengembang agar integrasi ke ekosistem Huawei ini bisa menjadi prioritas pengembang aplikasi lokal.
"Huawei dalam 3 bulan baru fokus. Sehingga untuk membuat kita jadi prioritas itu butuh negosiasi dan usaha tambahan," kata Khing Seng.
Per Januari 2020, Huawei telah bekerja sama dengan 40 pengembang aplikasi lokal di Indonesia. Khing Seng menargetkan 73 aplikasi lokal yang terintegrasi dengan AppGallery pada kuartal ketiga 2020 atau sebelum peluncuran Huawei P40.
Saat ini berbagai kategori aplikasi telah dapat ditemukan di App Gallery, seperti perbankan (Permata Bank, BCA Mobile, dan Link Aja), e-commerce (Blibli, Akulaku, Tokopedia, Bukalapak, JD.ID, dan Matahari Mall), provider selular (MyTelkomsel, dan myIM3), hingga travel (Garuda Indonesia Mobile dan KAI Access).
Sayangnya, pengguna tidak bisa menemukan aplikasi populer seperti Instagram dan Facebook di App Galery. Selain itu, aplikasi besutan Google seperti Youtube dan Gmail pun tak tersedia. Alih-alih, pengguna diarahkan untuk mengunduh aplikasi pihak ketiga yang bisa memberikan pengalaman serupa Youtube.
Ambisi Huawei untuk membesut HMS dan App Galery ini terkait dengan sanksi pemerintah AS. Pemerintah AS melarang perusahaan di negara mereka untuk melakukan bisnis dengan Huawei.
Alasannya, Huawei membahayakan data pribadi pengguna AS lantaran perangkat telekomunikasi mereka sengaja disusupi malware agar bisa memata-mata warga AS dan menjadi informan pemerintah China.
Meski saat ini Huawei masih berada dibawah tekanan sanksi dagang Amerika Serikat, Huawei mengaku tetap bisa menjaga kepercayaan pelanggan.
Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan pendapatan tahun lalu hingga 40 persen ke US$67 miliar. Bisnis smartphone Huawei pun menembus pengiriman sejumlah 240 juta unit.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR