Di era transformasi digital seperti saat ini, bisnis sangat bergantung pada kekuatan data. Saking pentingnya data, kini muncul istilah ‘data is the new oil’.
Karena bergantung dengan data, perusahaan pun harus memerhatikan teknologi yang tepat untuk mengolah dan menggunakan data-data yang dimiliki sehingga dapat memberikan nilai yang diperlukan bagi perkembangan bisnisnya.
“Teknologi merupakan kunci untuk mencapai tujuan bisnis,” kata Ahmad Ubaidillah selaku System Engineer, NetApp Indonesia, di Jakarta, Kamis (12/03).
Terkait dengan teknologi ini, Ubaidillah mengungkapkan jika disrupsi teknologi secara langsung akan mampu menghasilkan disrupsi di masing-masing industri dan masyarakat.
NetApp sendiri melihat ada tiga disrupsi teknologi utama yang perlu diperhatikan oleh para pemimpin di bidang TI saat ini, yang di antaranya software, automation, dan DevOps.
1. Software
Perusahaan-perusahaan kini menghadapi begitu banyak data yang kompleks dan besar. Data seperti ini terlalu sulit untuk diproses melalui cloud tanpa modul yang menggunakan software, analytics software.
“Di masa kini, semakin banyak IP (intellectual property) dan konten yang beralih ke software. Bisnis mengalami disrupsi karena model bisnis dibangun di software yang memungkinkan konsumen dapat secara lebih cepat, mudah dan yakin akan mendapat layanan atau produk yang diinginkannya,’ tutur Ubaidillah.
Pengembangan software /aplikasi merupakan bagian tidak bisa dipisahkan dalam transformasi digital dalam suatu perusahan.
Penggunaan berbagai macam software dan aplikasi telah merubah cara berbisnis perusahaan dari cara tradisional menjadi lebih modern dengan tujuan untuk merangkul konsumennya dengan cara yang baru, mengembangkan produk dan layanan yang lebih inovatif, serta meningkatkan kepuasan pelanggan.
2. Automation
Kecepatan selalu menjadi kunci dalam era digital ini. Kebanyakan perusahaan tradisional masih menganggap bahwa tugas tim TI secara taktis yaitu bertindak ketika adanya kebutuhan dan kerusakan.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR