Aplikasi Zoom mendadak populer di tengah pandemi COVID-19 dan kebijakan bekerja dari rumah (work from home).
Aplikasi itu dinilai sangat mudah digunakan untuk melakukan video conference bagi pekerja maupun pelajar.
Sayangnya, banyak pengguna Zoom yang menerima fenomena Zoom-Bombing beberapa waktu lalu.
Modusnya, ada akun Zoom yang tidak dikenal masuk ke sebuah sesi video conference. Lantas, akun itu akan memutar konten video porno sehingga akan menimbulkan rasa malu bagi peserta video conference terutama host atau yang menggelar sesi tersebut.
FBI dari Amerika Serikat sudah mengeluarkan peringatan bagi pengguna Zoom. FBI telah menerima banyak aduan aksi Zoom-Bombing yang mengunggah video porno maupun ujaran kebencian.
FBI mengimbau setiap pengguna untuk mengecek fitur privasi atau keamanan di aplikasi. Misalnya, tidak memberikan izin pengguna untuk membagikan konten tanpa seizin host.
Kemudian tidak membagikan tautan untuk masuk atau bergabung ke sesi video conference di media sosial yang bisa dilihat publik.
FBI juga menyatakan makin banyak file berupa malware maupun situs yang terindikasi berbahaya dengan menggunakan kata Zoom pada nama file atau situs tersebut.
Jadi pengguna internet diharapkan tidak asal mengklik tautan atau alamat situs mencurigakan ini seperti dikutip Newsweek.
FBI mulai meberikan peringatan kepada pengguna Zoom setelah dua sekolah di kota tersebut mengalami Zoom-Bombing saat menggelar pembelajaran jarak jauh dengan aplikasi Zoom.
Pelaku yang tidak diketahui mengunggah foto Swastika atau logo NAZI dan video porno.
FBI melihat Zoom-Bombing mulai menjadi sebuah fenomena yang dilakukan oleh peretas maupun pengguna internet yang jahil setelah menemukan tautan video conference Zoom.
Dilaporkan bahwa di tahun 2019 seorang peretas pernah membobol apliaksi webcam di sebuah laptop atau komputer melalui aplikasi video conference. Di sini peretas bisa diam-diam mengawasi kegiatan korbannya.
Source | : | Newsweek |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR