Penulis: Dmitry Volkov, Chief Executive Officer, Group-IB
[Redaksi] Ancaman siber tidak hanya semakin kompleks tapi juga meluas seiring maraknya digitalisasi saat ini. Inilah delapan ancaman yang diprediksi Group-IB akan muncul di 2025.
Lanskap digital dan dunia fisik saling terhubung sehingga gangguan pada satu domain dapat memengaruhi yang lainnya.
Di sisi lain, seiring percepatan digitalisasi, ketegangan geopolitik mulai membentuk kembali kolaborasi global. Negara-negara semakin memprioritaskan keamanan dengan melokalisasi infrastruktur, data, dan layanan penting.
Peralihan menuju deglobalisasi dan kedaulatan digital mengubah lanskap keamanan siber. Namun anggapan bahwa sistem domestik pada dasarnya aman menjadi hambatan yang signifikan bagi kolaborasi global yang efektif untuk melawan kejahatan siber.
Kegiatan kejahatan siber tidak mengenal batas. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana kita dapat memastikan perlindungan yang efektif tanpa berbagi informasi intelijen, pertahanan yang lebih kuat, dan strategi yang terkoordinasi untuk melawan ancaman yang terus berkembang?
Seiring kita menjelajahi lanskap kompleks kedaulatan digital dan keamanan siber di Indonesia dan sekitarnya, Group-IB mengkaji tantangan utama dalam keamanan siber dan bagaimana menghadapinya secara efektif.
#1 Manipulasi dan serangan siber berbasis AI
Kecerdasan buatan (AI) terus mentransformasi industri, dan menjadi sangat terintegrasi ke dalam operasi bisnis dan infrastruktur penting. Namun, adopsi ini membawa risiko yang signifikan, seperti terpaparnya data, kampanye disinformasi, dan eksploitasi yang berbahaya.
Pelaku ancaman semakin memanfaatkan AI untuk tujuan jahat, termasuk menghasilkan kode berbahaya, mengatur penipuan, dan melakukan serangan terarah. Generative AI (GenAI) dan large language models (LLM) memungkinkan Cybercrime-as-a-Service (CaaS), mengotomatiskan ancaman siber, seperti kampanye phishing, alat eksploitasi, dan malware.
Untuk mengurangi risiko ini, alat berbasis AI harus diintegrasikan ke dalam kerangka kerja keamanan siber. Solusi ini menyediakan intelijen ancaman prediktif, memungkinkan para pelindung untuk mengidentifikasi dan menetralisir ancaman berbasis AI dengan lebih efektif.
#2 Meningkatnya aktivitas spionase siber, sabotase, dan aktivitas ancaman bermotif politik
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR