Kasus informasi hoaks virus corona atau Covid-19 terus beredar di dunia maya. Kali ini, sekelompok massa membakar menara telekomunikasi (BTS) 5G di Belanda karena termakan hoaks bahwa teknologi 5G bisa menularkan virus corona atau Covid-19.
Sebelumnya, kejadian pembakaran menara BTS 5G terjadi di Inggris pada awal April karena termakan isu hoaks.
Media lokal Belanda, De Telegraaf melaporkan aksi sabotase dan pembakaran menara BTS (Base Transceiver Station) 5G yang tersebar di Belanda.
Sebetulnya sudah ada demo menentang anti-5G di Belanda sejak tahun 2019 tetapi saat itu tidak ada aksi kekerasan atau anarkis menurut laporan NCTV (National Coordinator for Security and Counterterrorism).
Pihak NCTV masih dalam tahap investigasi, tapi tidak membantah bahwa ada kemungkinanan hoaks terkait 5G dan virus corona menjadi salah satu penyebabnya seperti dikutip Engadget.
Padahal berbagai peneliti sudah menjelaskan bahwa frekuensi 5G tidak berbahaya termasuk bagi manusia.
Pemerintah Belanda menyayangkan kejadian tersebut terjadi di tengah kondisi pandemi saat ini. Sama seperti di Inggris, apabila tindakan ini terus terjadi maka mengganggu telekomunikasi yang dibutuhkan untuk layanan darurat pihak medis atau keamanan.
Sejauh ini sudah ada empat menara BTS 5G yang dibakar di Belanda. Di lokasi kejadian terdapat sebuah tanda vandalisme yang berisi slogan anti-5G. Namun belum ada satupun pelaku yang berhasil ditangkap.
Apabila di Inggris protes terhadap 5G terkait masalah kesehatan dan hoaks Covid-19 di Belanda dilaporkan bahwa alasan pelanggaran privasi oleh pemerintah terhadap sipil juga menjadi rasa takut golongan yang menolak 5G.
Kasus di Inggris
Beberapa warga Inggris membakar menara telekomunikasi (BTS) 5G di sejumlah lokasi di Inggris lantaran meyakini teori konspirasi yang menghubungkan penyebaran wabah virus corona Covid-19 dari China dengan jaringan 5G.
Sejauh ini ada tiga menara BTS jaringan 5G miliki EE yang dibakar yaitu menara BTS di Birmingham, Livepool, dan Merseyside. Saat ini EE selaku perusahaan penyedia layanan 5G masih melakukan penyelidikan.
"Tindakan ini sungguh berbahaya karena mengganggu konektivitas seluler pada saat orang membutuhkannya agar tetap terhubung satu sama lain," kata perusahaan itu melansir Forbes.
Meskipun masih belum jelas siapa pelaku dan aktor intelektualnya, pembakaran tiang jaringan itu diyakini dilakukan orang pihak anti-5G yang percaya teori-teori konspirasi yang menghubungkan teknologi 5G dengan penyebaran Covid-19.
Di media sosial, beredar sebuah teori yang yang mengklaim wabah Covid-19 dimulai di Wuhan karena kota China itu baru saja meluncurkan jaringan 5G dan penyakit corona telah menyebar ke kota-kota lain yang juga menggunakan teknologi 5G.
Full Fact, nirlaba pemeriksa fakta independen Inggris telah membantah klaim itu. Mereka menyatakan bahwa teknologi 5G tidak menimbulkan risiko bagi manusia dan menunjukkan bahwa Covid-19 telah menyebar secara luas di banyak negara yang tidak memiliki jaringan 5G, seperti Iran.
"Implikasi utama dari klaim bahwa 5G dapat mempengaruhi sistem kekebalan sama sekali tidak berdasar. Tidak ada bukti yang menghubungkan virus corona baru dengan 5G," kata Full Fact.
Selain menara BTS 5G, teknisi telekomunikasi juga menghadapi pelecehan verbal dan ancaman kekerasan dari orang-orang yang percaya pada teori palsu tersebut. Sebuah video yang beredar di internet menunjukkan seorang wanita mendekati dua pekerja yang tengah meletakkan kabel di sebuah jalan di London dan menyalahkan mereka karena membunuh keluarga.
"Kita semua akan berada di rumah sakit dengan alat bantu pernapasan. Itu karena kawat ini di sini," kata wanita itu.
Melansir Engadget, sekretaris kabinet Inggris Michael Gove mengatakan teori-teori yang beredar luas itu adalah omong kosong berbahaya. Sedangkan Direktur Medis Nasional NHS Inggris Steve Powis, mengutuk teori itu sebagai jenis berita palsu atau hoaks terburuk.
"Saya benar-benar marah, benar-benar jijik terhadap orang yang mengambil tindakan (pembakaran tower 5G) terhadap infrastruktur yang kita butuhkan. Ini mutlak dan benar-benar sampah," kata Powis.
Otoritas kebijakan telekomunikasi Inggris telah mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan orang-orang untuk berhenti merusak infrastruktur utama selama keadaan darurat nasional.
"Ini adalah teori yang tidak berdasar, sama sekali tidak ada bukti yang dapat dipercaya tentang hubungan antara 5G dan virus corona. Ancaman atau kekerasan terhadap pekerja kunci atau kerusakan tiang telepon seluler tidak akan ditoleransi," kata juru bicara otoritas kebijakan telekomunikasi Inggris.
Sebelumnya, Layanan video streaming, Youtube mengatakan pihaknya bakal menindak tegas konten yang beredar di platform mereka yang membahas soal teori konspirasi virus corona SARS-Cov-2 yang dihubungkan dengan teknologi 5G.
Nantinya, salah satu produk perusahaan induk Alphabet Inc akan mengurangi jumlah video teori konspirasi itu. Namun perusahaan tetap membolehkan video teori konspirasi soal 5G tapi tidak dikaitkan dengan virus corona.
"Kebijakan kami sudah jelas, kami melarang mempromosikan video yang tidak berdasar secara medis soal virus corona," kata Juru Bicara Youtube seperti dikutip The Verge.
Source | : | Engadget |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR