Presiden AS Donald Trump menunjukkan sikap ragu atas inisiatif contact tracing yang digagas Apple dan Google. "Inisiatif itu memang sangat bagus, namun ada masalah konstitusional yang harus dijawab," ungkap Trump.
Seperti pernah kami tulis, Apple dan Google sepakat meluncurkan inisiatif contact tracing untuk melacak pasien yang potensial tertular COVID-19.
Memanfaatkan teknologi API dan Bluetooth, inisiatif contact tracing akan mencatat pergerakan pengguna selama durasi tertentu, dan mencocokkannya dengan data pengguna lain.
Contohnya jika seorang pengguna aplikasi contact tracing (kita sebut saja pasien A) diketahui positif terinfeksi virus COVID-19. Secara sukarela, pasien A bisa mengunggah informasi melalui aplikasi track tracing kalau ia positif COVID-19.
Setelah itu, aplikasi trace tracing Apple-Google akan menelusuri pergerakan pasien A selama 14 hari ke belakang. Memanfaatkan data yang dicatat Bluetooth di smartphone pasien A dan pengguna lainnya, aplikasi track tracing bisa mencocokkan siapa saja yang pernah dekat dengan pasien A.
Dengan begitu, proses pelacakan mereka yang berpotensi tertular pasien A jadi lebih mudah.
Meski memiliki tujuan baik, inisiatif track tracing ini memang menimbulkan kekhawatiran di sisi privasi. Kekhawatiran terbesar adalah inisiatif ini membuat pemerintah dan Google/Apple memiliki kemampuan untuk mengetahui pergerakan warga, yang bisa disalahgunakan untuk memata-matai warga. Bagi negara yang menjunjung kebebasan seperti AS, faktor privasi ini menjadi sangat penting.
Hal inilah yang sepertinya membuat Trump ragu-ragu mendukung inisiatif track tracing ini. “Masalah terbesar [terkait contact tracing] lebih di masalah konstitusi dibanding teknologi. Hal inilah yang akan saya bicarakan dengan tim dalam empat minggu ke depan,” ungkap Trump.
Apple dan Google sendiri sudah menegaskan komitmen mereka untuk menjaga privasi pengguna aplikasi contact tracing ini. Contohnya pengguna akan dimintai persetujuan, identifikasi Bluetooth yang terus diperbarui, serta data pengguna yang anonim. Apple dan Google juga menjamin program contact tracing ini akan dihentikan ketika krisis Covid-19 selesai.
Karena itu, agak mengherankan melihat Pemerintah AS enggan mendorong inisiatif ini. Apalagi di beberapa negara, pendekatan contact tracing ini sudah dilakukan. Contohnya Indonesia dengan aplikasi Peduli Lindungi, atau Singapura dengan TraceTogether. Di Eropa, operator telekomunikasi juga telah menyerahkan data pergerakan pengguna demi membantu melacak pasien Covid-19 dan mereka yang berpotensi tertular.
Perlu dicatat, aplikasi contact tracing Apple dan Google ini akan bisa digunakan di seluruh dunia. Jadi jika warga AS dilarang menggunakan aplikasi ini, seharusnya mereka yang rugi.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR