Saat ini muncul wacana untuk kembali beraktivitas di tengah pandemi Covid-19. Tujuannya agar roda ekonomi dan sosial bisa bergerak, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan agar penyebaran virus Covid-19 tetap dapat dikendalikan.
Wacana ini pun mengundang kontroversi. Di satu sisi, pembatasan aktivitas keseharian yang terlalu lama akan berdampak fatal terhadap ekonomi. Sementara di sisi lain, banyak yang mengkhawatirkan pelonggaran pembatasan akan menimbulkan masalah kesehatan publik yang lebih serius.
BACA JUGA: Alibaba sediakan teknologi CT Image untuk 2 RS di Indonesia
Di tengah kontroversi ini, menarik untuk melihat cara Alibaba Group dalam menghadapi pandemi ini. Pada e-book Digital Action in The Age of Covid-19, Alibaba memaparkan strategi menghadapi pandemi ini dari berbagai aspek.
Salah satunya adalah memonitor kesehatan karyawan secara kontinu sambil merencanakan kelanjutan pekerjaan. Untuk itu, karyawan diwajibkan melaporkan status kesehatan mereka setiap hari. Pertanyaan yang dibahas adalah:
Dari pemantauan yang kontinu itu, Alibaba pun memiliki gambaran lebih jelas tentang kesehatan karyawan. Info tersebut kemudian dikonversi menjadi Kode Kesehatan berbasis QR Code yang mengindikasikan kesehatan karyawan.
Jika karyawan tidak memiliki gejala, tidak kontak dengan pasien terinfeksi Covid-19, serta mendapat deklarasi “baik” selama 14 hari, karyawan tersebut dapat memasuki kantor Alibaba dan kembali bekerja. Jika tidak, karyawan tetap dapat bekerja dari rumah.
Kembali Bekerja
Bagi karyawan yang bekerja di rumah, Alibaba juga membuat poster berisi tips terbaik saat bekerja di rumah. Salah satunya membuat video musik rap demi sesi bekerja dari rumah yang lebih efektif.
Jika ditilik, pendekatan Alibaba terbilang lebih komprehensif dibanding rencana beberapa instansi di Indonesia, seperti Kementerian BUMN, dalam beradaptasi dengan “the new normal”.
Seperti diberitakan dalam dua hari terakhir, Kementerian BUMN berencana mengizinkan karyawan BUMN yang berusia 45 tahun ke bawah untuk kembali bekerja. Sementara yang berumur 45 tahun ke atas, tetap bekerja di rumah.
Pendekatan berbasis umur ini tentu saja banyak kekurangan. Pertama, karyawan di bawah 45 tahun belum tentu tidak terinfeksi virus. Ketika kembali berkantor, ia bisa menularkan karyawan lain.
Masalah kedua, karyawan yang tertular akan kembali ke rumah dan berpotensi menularkan virus ke anggota keluarga di rumah. Masalah akan lebih rumit jika karyawan tersebut tinggal bersama orang tua.
Jika berkaca ke pendekatan Alibaba, yang bisa kembali ke kantor adalah mereka yang sudah terbukti sehat; terlepas dari umurnya. Jika hanya orang sehat yang kembali ke kantor, risiko penularan bisa diminimalisir.
Akan tetapi, pendekatan Alibaba ini memang menimbulkan tantangan dari sisi kelengkapan data. Kementerian BUMN harus mendata kesehatan karyawan, dengan siapa ia tinggal, dan apakah ia pernah kontak dengan pasien Covid-19.
Untuk mendata kesehatan karyawan dan dengan siapa ia tinggal, mungkin hanya butuh waktu. Namun apakah karyawan pernah kontak dengan pasien Covid-19 menjadi sulit mengingat Pemerintah RI tidak pernah membuka data tersebut ke publik.
Jadi bisa disimpulkan, tanpa keterbukaan data, wacana kembali beraktivitas menjadi mimpi yang sulit dicapai.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang cara Alibaba beradaptasi dengan wabah Covid-19, Anda bisa mengunduh e-book di tautan ini.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR