Dia menambahkan bahwa angka tersebut merupakan jumlah pengguna aktif bulanan AppGallery hingga kuartal-III 2019.
Justin menyebut pertumbuhan tersebut dipicu oleh jumlah pengguna ponsel Huawei yang naik serta minat para pengembang untuk mendaftarkan aplikasi ke AppGallery.
Justin bahkan mengatakan bahwa saat ini Huawei AppGallery menjadi toko aplikasi terbesar ketiga secara global dengan jumlah pengembang aplikasi tidak kurang dari 1,7 juta.
"AppGallery tersedia secara pre-loaded di ponsel Huawei. Toko aplikasi ini telah tersedia di sebanyak lebih dari 170 negara dan kawasan di berbagai belahan dunia," kata Justin.
Ia juga mengatakan bahwa pengembang yang menyertakan aplikasinya ke dalam AppGallery akan mendapat sejumlah keuntungan, seperti keterjangkauan aplikasi yang semakin luas dan potensi bertambahnya jumlah pengguna aplikasi tersebut.
Selain itu, Justin turut menjamin bahwa Huawei tidak akan membocorkan data-data pengguna aplikasi manapun kepada pihak luar. Huawei kini memang tengah gencar mengorbitkan layanan AppGallery kepada para pengembang.
Langkah Huawei untuk layanan ini tidak terlepas dari pemboikotan Huawei yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat.
Presiden Donald Trump mengesahkan regulasi yang melarang Huawei untuk menggunakan atau membeli produk, baik hardware maupun software, dari perusahaan Amerika Serikat.
Dengan adanya aturan tersebut, maka Huawei harus kehilangan Google Mobile Services (GMS) atau layanan dalam ekosistem Android Google, seperti Play Store, Google Maps, dan Gmail.
Oleh karena itulah Huawei kemudian mengembangkan Huawei Mobile Services (HMS) sebagai pengganti GMS. AppGallery adalah salah satu layanan yang hadir di dalamnya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR