Pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengungkap alasan mengenai keputusan perusahaan yang membiarkan terhadap postingan bernada ancaman dan kekerasan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Postingan Trump pada Jumat (29/5) waktu setempat itu merupakan buntut dari insiden unjuk rasa yang terjadi di Minneapolis untuk menuntut keadilan atas kematian George Floyd. Trump mengancam akan mengerahkan militer untuk mengendalikan situasi.
"Kami melihat sangat dekat pada postingan yang membahas protes di Minnesota untuk mengevaluasi apakah itu melanggar kebijakan kami. Kami memutuskan untuk meninggalkannya (postingan Trump) karena referensi 'Pengawal Nasional' berarti kita membacanya sebagai peringatan tentang tindakan negara. Dan kami pikir orang perlu tahu apakah pemerintah berencana untuk mengerahkan kekuatan," kata Zuckerberg dalam postingan Facebooknya dikutip dari CNN.
Apa yang disampaikan Zuckerberg ini berbeda dari ungkapannya dalam sebuah kongres bahwa perusahaan tidak akan mentolerir siapa pun jika melakukan postingan Facebook berbau kekerasan.
"Jika ada orang, termasuk seorang politisi, mengatakan hal-hal yang dapat menyebabkan, menyerukan kekerasan atau dapat mengambil risiko bahaya fisik yang akan segera terjadi. Kami akan menurunkan konten itu," kata Zuckerberg. Hal itu menjawab pertanyaan dari Republik Demokratik Alexandria Ocasio-Cortez.
Lebih lanjut, Zuckerberg malah mengkritik Twitter karena membuat tindakan pada posting Trump.
"Tidak seperti Twitter, kami tidak memiliki kebijakan menempatkan peringatan di depan posting yang dapat memicu kekerasan karena kami percaya bahwa jika sebuah posting menghasut kekerasan, itu harus dihapus terlepas dari apakah itu layak diberitakan, bahkan jika itu berasal dari politisi," kata Zuckerberg.
Twitter sendiri menilai kicauan Trump melanggar aturan tentang kekerasan.
Melansir CNBC, kicauan Trump sekarang disembunyikan di balik pemberitahuan Twitter yang mengklaim kicauan itu melanggar kebijakan tentang kekerasan.
Kicauan Trump masih dapat dilihat dan di-retweet dengan komentar, tetapi pengguna tidak bisa menyukai atau berkomentar atas kicauan tersebut.
Sebelum Twitter mengambil kebijakan itu, Trump diketahui sempat berkicau dua kali.
"...berbicara dengan Gubernur Tim Walz dan mengatakan kepadanya bahwa Militer bersamanya sepanjang jalan. Kesulitan apa pun dan kami akan mengambil kendali tetapi, ketika penjarahan dimulai, pemotretan dimulai. Terima kasih!," demikian salah satu kicauan Trump.
Sebaliknya Facebook tetap diam tentang masalah tersebut selama 18 jam sampai posting Zuckerberg muncul.
Source | : | CNN |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR