Popularitas konsol Nintendo dan aneka game buatannya menanjak di tengah pandemi Covid-19 yang melanda negara-negara di berbagai belahan dunia.
Pekan lalu, harga saham pabrikan asal Jepang itu menembus 50.000 yen (Rp 6,6 juta) per lembar.
Nilainya ditutup di 50.520 yen di akhir pedagangan hari Jumat lalu. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi untuk saham Nintendo selama 12 tahun terakhir. Kali terakhir harganya melewati 50.000 yen adalah pada 2008.
Faktor pendukungnya, menurut Katsuyuki Fujii, seorang analis di Asunaro Investment, antara lain adalah ketakutan terhadap gelombang kedua virus corona.
"Dua bulan terakhir saham Nintendo sempat kesulitan. Angka permintaan karena stay at home turun karena ekonomi mulai dibuka kembali dan Jepang mencabut status darurat," ujar Fujii.
"Namun, seiring dengan mengemukanya ketakutan gelombang kedua virus corona, orang-orang kembali melirik saham (Nintendo)," imbuh Fujii, sebagaimana dihimpun Bloomberg.
Baca Juga: Nih! Daftar Konsol Game Terpopuler di Indonesia
Selain itu, harga saham Nintendo juga terdongkrak oleh pengumuman game Pokemon baru untuk konsol Switch dan mobile. Nintendo memiliki saham di Pokemon.co selaku pemilik brand Pokemon.
Switch sendiri laku keras semenjak lockdown di berbagai negara, terutama berkat game social simulator Animal Crossing: New Horizon yang banyak digemari. Konsol game portabel itu habis terjual di beberapa wilayah pasar.
Meski demikian, nasib Nintendo untuk sisa tahun 2020 masih belum jelas. Selain seri Pokemon, belum ada judul game populer lain yang dijadwalkan segera hadir.
Sementara itu kompetitornya, Sony, sedang bersiap merilis PlayStation 5 dan telah mengumumkan lebih dari 20 game yang bakal tersedia di konsol tersebut.
Demikian juga dengan Microsoft yang bakal menjagokan konsol next-gen XBox Series X. Baik PS5 dan Xbox Series X akan meramaikan pasar menjelang musim liburan akhir tahun ini.
Baca Juga: 300.000 Akun Nintendo Dibobol Hacker, Ini Data-data yang Diambil
Source | : | Bloomberg |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR