Unilever telah mencabut semua iklannya dari Facebook dan Twitter. Akibatnya, saham kedua perusahaan media sosial itupun melemah.
Pada perdagangan Jumat 26 Juni 2020 (waktu AS), saham Facebook tergelincir 4,6 persen pada perdagangan sesi awal.
Pada akhir perdagangan saham terperosok lebih dalam, yakni 8,3 persen menjadi US$ 216,08 per lembar. Sementara saham Twitter anjlok 7.4 persen menjadi US$29.05.
Sebelumnya, Unilever menegaskan tidak akan memasang iklan di Facebook, Twitter dan Instagram hingga akhir tahun.
Alasannya, perusahaan menilai penguna media sosial tersebut senang mengunggah ujaran kebencian yang membuat kondisi politik terpolarisasi. Unilever bertekad untuk mengawasi perkembangan ini dan meninjau ulang posisi perusahaan jika dibutuhkan.
"Melanjutkan iklan di platform tersebut saat ini tidak akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan komunitas," kata Unilever dalam pernyataan resmi yang dikirim melalui e-mail.
Keputusan Unilever ini dikhawatirkan akan memicu langkah serupa dari pengiklan lain yang selama ini banyak berpromosi di Facebook.
Unilever yang memayungi merek seperti mayones Hellmann's dan Axe diketahui memiliki anggaran iklan tahunan mencapai US$ 8 juta.
Saat ini, perusahaan berbasis produk konsumsi terkemuka, termasuk produsen perlengkapan kegiatan outdoor Patagonia dan Verizon Communications Inc., yang mengklaim bahwa platform media sosial - khususnya Facebook - mendapat untung dari pengguna yang membagikan ujaran kebencian dan menyebarkan informasi yang salah.
Unit usaha Honda Motor Co. di AS juga mengatakan akan bergabung dengan boikot dan menghentikan iklan di Facebook dan Instagram pada bulan Juli.
Hal tersebut diungkapkan setelah Unilever memutuskan kebijakan penghentian iklan di dua media sosial tersebut.
Seperti dilansir Bloomberg, lebih dari 100 perusahaan memutuskan hal serupa. Twitter yang tidak menjadi target penting dari pemboikotan iklan pun menerima kritik serupa.
Source | : | Bloomberg |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR