Shoppable content dan teknologi AR mungkin akan menjadi solusi ideal bagi mobile, karena pengguna seluler sudah terbiasa melihat banyak iklan.
Walaupun layanan berlangganan seperti Netflix, Amazon Prime atau Disney+ masih menjadi standar emas bagi layanan streaming di negara-negara Barat, strategi monetisasi yang mengandalkan iklan lebih dikenal di belahan dunia lainnya.
Pasca COVID-19, masyarakat perlu menetapkan skala prioritas pengeluaran — dan layanan berlangganan seringkali menjadi pengeluaran pertama yang dipangkas.
Platform OTT perlu beradaptasi dengan realita baru ini. Pelanggan kemungkinan besar akan membatalkan layanan berlangganan di berbagai channel.
Oleh sebab itu, penempatan produk dan model freemium akan semakin sering digunakan dalam jangka menengah hingga jangka panjang.
Baca Juga: Survei Red Hat: Ini Kunci Sukses Transformasi Digital di Asia Pasifik
Pemasaran yang lebih beragam untuk OTT
Aplikasi yang tertarik untuk memasang iklan di OTT belum memiliki banyak pilihan saat ini. Akan tetapi, pelanggan dengan dana terbatas mendasari keputusan mereka berdasarkan daya beli sehingga advertising-backed video on demand (AVOD) menjadi semakin populer di era krisis, dengan pertumbuhan sebesar 148%. Oleh karena itu, masalah ini akan terselesaikan di masa mendatang.
Format iklan pada OTT kini sudah semakin inovatif, Hulu Sling TV menawarkan pause ads, memperkenalkan ‘happy hour’ pada jam tayang utama secara gratis.
Model freemium seperti ini akan semakin populer ke depannya sehingga pemasaran bagi OTT akan lebih beragam.
Saat dampak dari COVID-19 nanti sudah mereda, pelanggan mungkin akan merasa 'jenuh terhadap layanan berlangganan' suatu saat nanti.
Pengguna OTT umumnya mengikuti konten, oleh karena itu pelanggan biasanya berhenti berlangganan saat sebuah acara TV ternama sudah berakhir.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR