Ibukota Jakarta cukup akrab dengan banjir dan juga mengalami penurunan muka air tanah yang signifikan setiap tahunnya, sehingga sempat disebut-sebut BBC dalam laporannya sebagai the fastest sinking city in the world.
Inovasi berupa aplikasi daring ini berpotensi memberikan pemahaman bersama bahwa fenomena ini dapat diatasi secara bersama salah satunya dengan kesadaran penggunaan air tanah yang tidak berlebihan.
Melalui data dan analisa interaktif aplikasi juga memberikan informasi signifikansi dampak banjir pada anak usia sekolah dan terhadap area masyarakat yang memiliki kerentanan ekonomi.
“Pemahaman terhadap permasalahan lingkungan dan peran masyarakat sangat penting agar tidak terjadi eksploitasi air tanah yang berlebihan,” ucap Ahsan.
“Dengan teknologi tersebut, siapapun bisa berkontribusi dalam digital humanitarianism untuk membantu komunitasnya. Setiap orang dapat berkontribusi data yang sekaligus unik dan berdampak,” tambah Ahsan.
Dalam mengembangkan aplikasi tersebut, Ahsan menggabungkan berbagai jenis data antara lain data pantauan satelit, data demografi, data banjir dan data cuaca.
Kemampuan ini didapat melalui kemampuan koneksi berbagi pakai data online geospasial yang sudah diberikan oleh Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, BMKG dan Jakarta Satu milik Pemda DKI Jakarta.
Prestasi ini tentunya merupakan wujud dari meningkatnya adopsi teknologi geospasial di Indonesia dan semakin dibukanya akses kepada masyarakat umum untuk berbagi pakai data oleh pemerintah dan lembaga.
Semakin banyaknya open data memungkinkan komponen masyarakat untuk berbagi pakai data dan membuat wahana dan aplikasi digital secara mandiri.
"Hal ini sangat membantu pemahaman mengenai pengelolaan penggunaan sumber daya alam seperti air, jaringan saluran air dan perhatian kepada masyarakat yang memiliki kerentanan tertentu," pungkas Achmad.
Baca Juga: Dukung Transaksi Nontunai, Jenius Luncurkan Fitur Jenius QR
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR